Pages

Subscribe:

Minggu, 03 Juni 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
A. Pendahuluan
            Sejarah tentang ilmu merupakan sebuah kisah kesuksesan. Kemenangan-kemenangan ilmu melambangkan suatu proses kumulatif peningkatan pengetahuan dan rangkaian kemenangan terhadap kebodohan dan takhayul, dan dari ilmu inilah kemudian mengalir arus penemuan-penemuan yang berguna untuk kemajuan hidup manusia.
            Dari sejarah ilmu perkembangan ilmu pengetahuan dikatakan satu sisi ilmu berkembang dengan pesat, disisi lain, timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu karena tidak ada seorangpun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negative dari ilmu.
            Dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai sejarah dan perkembangan ilmu pengetahuan dimulai dari perkembangan ilmu pada zaman Yunani. Dimana dalam sejarah peradaban manusia pada waktu itu terjadi perubahan pola piker manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola piker minosentris adalah pola piker menjelaskan fenomena alam. Sehingga dari sinilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi.

            Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan bagaimana sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan ilmu yang dibahas adalah mengenai perkembangan ilmu zaman islam, renaisans, modern dan kemajuan ilmu zaman computer.

B. Perkembangan Ilmu Dalam Peradaban Yunani
            Periode filsafat Yunani merupakan periode yang sangat bersejarah dimana peradaban manusia pada waktu itu terjadi perubahan pola piker manusia yaitu dari pola piker mitosenteris menjadi logosentris. Pola piker mitosentris adalah pola piker masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak lagi dianggap sebagai aktivitas alam biasa, tetapi dewa bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Perubahan pola piker tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.[1]
            Dari proses inilah orang mulai mencari jawaban-jawaban rasional tentang problem-problem yang diajukan oleh alam semesta. Dengan demikian filsafat dilahirkan. Dan pada abad ke-6 SM di negeri Yunani terjadilah sesuatu yang sama sekali baru. Filsuf-filsuf pertama memandang dunia atas cara yang belum pernah dipraktekkan orang lain. Mereka tidak mencari lagi keterangan tentang alam semesta dalam peristiwa-peristiwa melalui mitos. Suatu contoh sederhana adalah pelangi. Dalam masyarakat Yunani yang tradisional, pelangi adalah seorang dewi yang bertugas sebagai pesuruh bagi dewa-dewa lain. Tetapi Xenophanes, salah sorang diantara filsuf-filsuf pertama, akan mengatakan bahwa pelangi merupakan suatu awan. Kira-kira satu abad sesudahnya, Anaxagoras sudah mengerti bahwa pelangi disebabkan oleh pentulan matahari dalam awan-awan.[2]
            Dapat dipahami bahwa perkembangan ilmu ditandai dengan lahirnya, pemikiran filsafat barat diawali pada abad ke-6 sebelum masehi yang ditandai dengan runtuhnya mitos-mitos dan dongeng-dongenng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 SM). Ia digelari Bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan. Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini ?. namun, yang penting adalah pertanyaan itu dijawabnya dengan pendekatan rasional, bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan.
            Setelah Thales, muncul Anaximandros (610-540 SM). Dia mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya.
            Berbeda dengan Thales dan Anaximandros, Heraklitos (540-480 SM) melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Sedangkan Phytagoras (580-500 SM) mengembangkan segala sesuatu kepada bilangan. Baginya tidak ada satupun yang di ala mini terlepas dari bilangan. Semua realitas dapat diukur dengan bilangan (kuantitas). Karena itu, dia berpendapat bahwa bilangan adalah unsure utama dari alam dan sekaligur menjadi ukuran.
            Kalau segala-galanya adalah bilangan, itu berarti bahwa unsure bilangan merupakan juga unsure yang terdapat dalam segala sesuatu. Unsure-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Jasa Phytagoras ini sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat tergantung pada pendekatan matematika. Dalam filsafat ilmu, matematika merupakan sarana ilmiah yang terpenting dan akurat karena dengan pendekatan matematikalah ilmu dapat diukur dengan benar dan akurat.
            Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia murid Plato, seorang filosof yang berhasil menemukan pemecahan-pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu system : logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme.
            Aristoteles berpendapat bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab-penyebab objek diselidiki. Menurutnya bahwa tiap-tiap kejadian mempunyai empat sebab yang semuanya harus disebut, bila manusia hendak memahami proses kejadian segala sesuatu. Keempat penyebab itu menurut Aristoteles adalah :
  1. Penyebab material (material cause) inilah bahan mana benda dibikin. Misalnya kursi dibuat dari kayu.
  2. Penyebab formal (formal cause) inilah bentuk yang menyusun bahan. Misalnya bentuk kursi ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah kursi.
  3. Penyebab efisien (efficient cause), inilah kejadian, inilah factor yang menjalankan kejadian. Misalnya, tukang kayu yang membuat sebuah kursi.
  4. Penyebab final (final caese) inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Misalnya kursi dibuat supaya orang dapat duduk diatasnya.[3]

C. Perkembangan Ilmu Zaman Islam
            Sejak awal kelahirannya, islam memberikan penghargaan yang begitu besar kepada ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Nabi Muhammad saw, ketika diutus oleh Allah sebagai rasul, hidup dalam masyarakat terbelakang, kemudian islam datang menawarkan cahaya penerang yang mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang berilmu dan beradab.
            Ditinjau dari sejarah, bahwa pandangan islam tentang pentingnya ilmu tumbuh bersama dengan munculnya islam itu sendiri. Ketika rasulullah saw, menerima wahyu pertama, yang mula-mula diperintahkan kepadanya adalah membaca. Jibril memerintahkan Muhammad dengan bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Perintah ini tidak hanya sekali diucapkan tetapi berulang-ulang kali sampai nabi dapat menerima wahyu tersebut. Wahyu yang pertama itu menghendaki umat islam untuk senantiasa “membaca” dengan dilandasi bismi rabbik, dalam arti hasil bacaan itu nantinya dapat bermanfaat untuk kemanusiaan.
            Selanjutnya ada juga ayat lain yang menyartakan, bahwa orang yang mengetahui (berilmu) tidak sama dengan orang yang tidak mengetahui. Ini terdapat dalam Q.S Al-Zumar (39) : 9 :
ô`¨Br& uqèd ìMÏZ»s% uä!$tR#uä È@ø©9$# #YÉ`$y $VJͬ!$s%ur âxøts notÅzFy$# (#qã_ötƒur spuH÷qu ¾ÏmÎn/u 3 ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ tûïÏ%©!$#ur Ÿw tbqßJn=ôètƒ 3 $yJ¯RÎ) ㍩.xtGtƒ (#qä9'ré& É=»t7ø9F{$# ÇÒÈ
Artinya : (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”

            Selain ayat tersebut di atas, ada juga hadits rasulullah yang menekankan wajibnya mencari ilmu, seperti carilah ilmu sampai ke negeri China. Dengan demikian al-Qur’an dan Hadits merupakan sebagai sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat islam dalam spectrum yang seluas-luasnya.

  1. Perkembangan Ilmu Pada Masa Islam Klasik
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pentingnya ilmu pengetahuan sangat ditekankan oleh islam sejak awal, mulai masa Nabi sampai dengan Khulafa al-Rasyidin. Perkembangan ilmu dalam islam adalah peristiwa fitnah al-Kubra, yang tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi politis, tetapi juga membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia islam.
Perkembangan dan tradisi keilmuan islam ialah masuknya unsure-unsur dari luar ke dalam islam, khususnya unsure-unsur budaya persosemitik (zoroastranisme khusunya mazdaisme, serta Yahudi dan Kristen) budaya Hellemisme yang belakangan mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran islam ibarat pisau bermata dua. Satu sisi ia mendukung jabariyah, sedang sisi lain ia mendukung qadariyah (tokoh dan pendiri mu’tazilah). Dari adanya pandangan dikotomis antara keduanya kemudian muncul usaha menengahi dengan menggunakan argument-argumen Hellenisme, terutama filsafat Aritoteles.

  1. Perkembangan Ilmu Pada Masa Kejayaan Islam
Pada masa kejayaan kekuasaan islam, khususnya pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa islam pada masa keemasannya.
Perkembangan ilmu pada masa ini begitu besar, misalnya pada masa pemerintahan al-Mansur, proses penerjemahan karya-karya filosof Yunani ke dalam bahasa Arab berjalan dengan pesat. Dimana beliau memberikan imbalan yang besar terhadap para penerjemah. Dan pada masa Harun al-Rasyid (786-809) proses penerjemahan itu masih terus berlangsung.
            Perkembangan ilmu selanjutnya berada pada masa pemerintahan al-Ma’mun (813-833). Salah satu jasanya dalam mengembangkan ilmu di dunia islam adalah dengan membangun baitul al-Hikmah, yang terdiri dari sebuah perpustakaan, sebuah observatorium, dan sebuah departemen penerjemahan.
            Selain para tokoh tersebut di atas masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Selanjutnya yang perlu disinggung adalah mengenai terjadinya transformasi kebudayaan dan khususnya ilmu dari dunia islam ke Barat disebabkan paling tidak oleh dua alasan. Pertama kontak pribadi, salah satu penyebabnya adalah karena Byzantium secara geografis berdekatan dengan dunia islam. Dari sinilah kemudian gagasan-gagasan Barat masuk ke dunia islam, dan sebaliknya gagasan-gagasan dari dunia islam masuk ke Barat, khususnya setelah perang salib. Alasan ke dua, adalah kegiatan penerjemahan. Tidak dapat dipungkiri kebudayaan islamiah yang mendorong orang-orang latin melakukan penerjemahan.

  1. Masa Keruntuhan Tradisi Keilmuan Dalam Islam
Abad ke 18 dalam islam adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat islam dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban islam secara universal. Dunia islam pada masa ini telah merosot ke tingkat yang terendah, islam tampaknya sudah mati, dan tertinggal hanyalah cangkangnya yang kering krontang berupa ritual tanpa jiwa dan takhayul yang merendahkan martabat umatnya.
            Yang menjadi penyebab kehancuran tradisi keilmuan islam adalah persepsi yang keliru dalam memahami pemikiran al-Ghazali. Orang umumnya mengecam al-Ghazali, karena ia menolak filsafat seperti yang ia tulis dalam tahafut al-falsafiahnya. Padahal ia sebenarnya menawarkan sebuah metode yang ilmiah dan rasional, dan juga menekankan pentingnya pengamatan dan analisis, serta sifat skeptis.[4]
           
D. Perkembangan Ilmu Pada Abad Pertengahan
            Pendapat-pendapat mengenai ilmu di abad pertengahan terjadi perbedaan pendapat. Pada sejarawan terdahulu memandang ilmu di zaman itu, belum terbebaskan dari berbagai takhayul, sementara sejarawan lainnya mencoba menunjukkan bahwa banyak fatwa dari prinsip pokok ilmu modern ditemukan pada waktu itu.[5]
            Sedangkan yang penulis kutip dari filsafat ilmu karangan Rizal Mustansyir, dan Misnal Munir. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa era pertengahan ini ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia Eropa. Para ilmuan pada masa ini hamper semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas agama.
            Peradaban dunia islam, terutama pada Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 Masehi, dan pada masa ini manusia Eropa berada dalam masa tidur panjang akibat pengaruh dogma-dogma agama, maka kebudayaan islam zaman dinasti Abbasiyah berada pada puncak keemasannya. Di zaman dinasti Abbasiyah ini dibangun baitul Hikmah membuka pintu terhadap para ilmuan non muslim untuk memanfaatkan dan mempelajari berbagai literature yang ada di dalamnya. Penghargaan yang tinggi dalam arti, setiap temuan dihargai secara layak dan memadai sebagai hasil jerih payah atau usaha seseorang atau sekelompok orang. Akhirnya sarana dan tujuan iptek haruslah bersesuaian dengan nilai-nilai agama.[6]

E. Perkembangan Ilmu Zaman Renaisains dan Modern
1. Masa Renaisans (Abad ke 15-16)
            Salah satu cirri khas renaissance di dunia Barat sejak abad ke-15 ialah menunjolkan manusia pribadi perseorangan dan sebagai yang berkuasa. Cirri itu antara lain menampakkan diri dalam bidang seni, politik, filsafat, agama maupun dalam gerakan-gerakan melawan agama ilmu pengetahuan, dan teknik.[7]Zaman ini juga merupakan zaman penyempurnaan keseniaan, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leornardo da vinci.
            Pada zaman renaisans ini manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-rangsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain adalah Nicholas Copericus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
            Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia mengemukakan bahwa mataharu berada dipusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat jagat raya.
            Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama stronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power (pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu :
  1. Mesin menghasilkan kemanangan dan perang modern
  2. Kompas memungkinkan manusia mengerungi lautan
  3. Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu
  4. Zaman modern (abad 17-19 M)

Sejarah ilmu modern dimulai oleh 2 orang sarjana ilmuan yang memegang peran penting dalam ilmu modern mereka adalah Isacc Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716).
            Newton, merupakan orang yang menciptakan teori gravitasi, perhitungan calculus dan optika yang merupakan karya besar Newton. Teori gravitas memberikan keterangan mengapa planet tidak bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa planet harus mengikuti lintasan elips.
            Secara ringkasnya ilmu-ilmu yang lahir pada masa ini. Dimana perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad 19 lahir semisal pharmakologi, geofisika, arkeologi dan sosiologi. Pada abad ini juga dikemukakan planet neptunus. Sedangkan pada abad 20, secara garis besarnya terjadi perkembangan yang sangat luas dalam bidang ilmu. Misalnya ilmu pasti, ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu biologi dan lain-lain.
            Pada zaman modern ini terjadi pula revolusi industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agresi dan perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan maju. Pada abad ini James watt menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun dan Inggris menjadi penghasil tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika Serikat dan Jepang menjadi Negara industri.

F. Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer
            Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu zaman modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer mempfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang.
            Perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hamper seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu social seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hokum, politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya dibidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi dan lain-lain.
            Beberapa contoh perkembangan ilmu zaman kontemporer diantaranya adalah :
  1. Teknologi Rekayasa Genetika
Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat masyhur adalah dibidang rekayasa genetika berupa teknologi cloning. Teknologi ini pertama sekali dilakukan oleh Dr. Gurdon dari Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology. Universitas Cambridge, Inggris tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong yang identik (kecebong cloning).
Kemudian dilanjutkan oleh Dr. Jerry 32 tahun setelah itu, tahun 1993. Ia berhasil mengkloning embrio manusia namun semua cloning yang dihasilkan saat itu rusak.[8]
Empat tahun berikutnya pada tanggal 23 Februari 1997, Dr. Ian Wilmunt berhasil melakukan cloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly. Di tahun 2002, Prof Gerald Schatten dari Oregon Healt Sciencess University, Amerika berhasil membuat cloning kera yang beri nama Tetra.
Demikianlah perkembangan rekayasa genetika dari waktu ke waktu.

  1. Teknologi Informasi
Pada tahun 1937, seorang insinyur Amerika bernama Howard Aiken merancang IBM Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya computer yang masih menggunakan tabung vakum dan elektro mekanikal dan bukan tombol-tombol elektronis.
Computer elektronik pertama sukses secara komersial adalah UNIVAC. Computer ini dirancang oleh Eckert dan teknologi computer terus berkembang dan melahirkan inovasi. Hamper tiap tahun perusahaan-perusahaan computer internasional mengeluarkan model computer terbaru. Begitu pula dengan internal pun terus dikembangkan hingga saat ini dengan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya seperti e-mail, chating, dan lain-lain.

G. Kesimpulan
            Periode filsafat Yunani merupakan periode yang sangat bersejarah dimana peradaban manusia pada masa itu terjadi perubahan pola piker manusia yaitu pola piker mitosentris menjadi pola piker logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola piker masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena-fenomena kejadian alam. Selanjutnya dari peradaban Yunani bahwa perkembangan ilmu pada zaman islam dibagi kepada 1). Perkembangan ilmu pada masa islam klasik, 2) Perkembangan ilmu pada masa kejayaan islam, dan 3) Masa keruntuhan tradisi keilmuan dalam islam.
            Sedangkan perkembangan ilmu zaman renaisans dan modern. Yang menjadi salah satu cirri khas renaissans di dunia barat adalah menonjolkannya manusia pribadi perseorangan dan sebagai berkuasa. Cirri itu antara lain menampakkan diri dalam bidang seni, politik, filsafat, agama dan lain-lain. Sedangkan perkembangan ilmu zaman modern dimulai dengan munculnya ilmu-ilmu pengetahuan. Seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus dan statistika.
            Dan yang menjadi kemajuan ilmu pada masa kontemporer hingga saat ini adalah hamper seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu social, antropologi, psikologi dan lain-lain. Hal ini menandakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.






[1] Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 21.
[2] K. Bertens. Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hlm. 17.
[3] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 65.
[4]Amsal Bakhtiar. Op. cit., hlm. 49.
[5] Jerome R. Ravertz. Filsafat Ilmu Sejarah dan Ruang Lingkup, (terjemah), (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 18.
[6] Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. Op. cit., hlm. 130.
[7] C. Verhak dan R. Hanjono Imam. Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Pustaka Utama, 1995), hlm. 137.
[8] Amsal Baktiar. Op. cit., hlm. 62.

0 komentar:

Posting Komentar