ADAB DAN HAK – HAK UMUM
- Pendahuluan
Adab pada hakikatnya menerapkan akhlak yang baik. Karena itu, adab juga bisa dikatakan sebagai upaya mengeluarkan kesempurnaan dan kekuatan dalam tabiat kepada pelaksanaan. Adab adalah semua kandungan agama.
Dalam beradab, seorang muslim haruslah berpegang pada Al-qur’an dan Hadis sebagai penyeimbang agar seorang muslim tetap memiliki pedoman yang kuat dan tidak terjerumus pada pemikiran-pemikiran (buku-buku) yang keliru.[1]
Diantara sekian banyak adab dan hak-hak umum yang harus diterapkan seorang muslim dalam pengaplikasiannya untuk berakhlak yang baik antara lain adalah :
- adab pada waktu berjalan
- adab pada waktu berbicara
- adab pada waktu makan
- adab pada waktu bertemu, dan
- adab pada meminta izin.
B. Adab dan Hak – Hak Umum
- Adab Waktu Berjalan
Dalam berjalan pun seorang muslim dianjurkan sesuai dengan syariat islam., yakni tauladan kepada Nabi Muhammad SAW.
Berjalanlah sebaik-baiknya dan sesempurna adab berjalan ialah jalan yang berpatok pada adab jalannya Rasulullah SAW.
- Tidak bersikap angkuh ketika berjalan
Keangkuhan tidaklah ada kecuali pada tempat-tempat peperangan untuk membuat marah musuh-musuh, sebagaimana Abu Dujanah lakukan ketika mengikat Imamah (miliknya) yang berwarna merah kemudian mulailah dia berjalan dengan angkuh diantara 2 barisan yang saling berhadapan. Maka ketika Rasulullah SAW melihatnya berjalan dengan angkuh, beliau bersabda :
“sesungguhnya jalan seperti itu adalah jalan yang Allah murkai kecuali pada tempat seperti ini.”
- Berjalan dengan sebaik-baiknya
Ibnu Qayyim Al-Jauziayah menyebutkan bahwa yang paling baik dan yang paling sempurna adalah berjalan at-takaffu’ dan at-taqalu’. Seperti keadaan orang yang turun dari ash-shabab (tempat yang miring/curam), dan cara berjalan ini adalah cara jalannya Rasulullah SAW. Yakni beliau adalah manusia yang paling cepat jalannya dan yang paling baik serta paling tenang.
- Makrunya berjalan dengan satu sandal
- Termasuk Sunnah bertelanjang kaki kadang-kadang.
Ibnu Umar R.A tentang ziarahnya Nabi SAW kepada sa’ad bin Ubaidah, beliau berkata : “ketika Nabi berdiri kami ikut berdiri bersama beliau dan kami sekitar 10 orang tidak ada pada kami sandal, tidak pula khuf dan tutup kepala, kopiyah dan tidak pula gamis, kami berjalan diatas tanah yang becek itu….”HR. Muslim
Jalan dengan bertelanjang kaki mengandung hikmah untuk menghilangkan kebiasaan seseorang merasakan nikmat dengan seringnya bersandal.
- Menjaga penglihatan di jalan raya
- Tidak pamer perhiasan
- Jangan mengganggu orang lain jika berjalan.
Hudzaifah bin sa’id ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “siapa saja yang membuat gangguan di jalan, maka mereka mendapat laknat”.
- Buanglah duri dari jalan.
Rasulullah SAW bersabda : “iman itu tujuh puluh cabangnya, yang tertinggi adalah kalimat Laa ilaaha illaLLoh dan serendah-rendah nya ialah menyingkirkan duri dari jalan”.[2]
- Membantu orang yang sesat di jalan
- Jika memakai jalan, beradablah sesuai kaidah/aturan yang ditetapkan oleh pembuat aturan dijalan seperti, stop, belok kanan/kiri dan lain sebagainya.
- Adab Waktu Berbicara
Dan ketahuilah sesungguhnya Allah selalu merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan bahwa disana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu.(QS. Qaaf : 17-18)
øÎ) ¤+n=tGt Èb$uÉe)n=tGßJø9$# Ç`tã ÈûüÏJuø9$# Ç`tãur ÉA$uKÏe±9$# ÓÏès% ÇÊÐÈ $¨B àáÏÿù=t `ÏB @Aöqs% wÎ) Ïm÷ys9 ë=Ï%u ÓÏGtã ÇÊÑÈ
Artinya : “Sorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri, tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.
Maka jadikanlah ucapanmu itu menjadi ucapan dan perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan.
Tips-tips Menjaga Lidah dari Perkataan yang Tidak Penting
- Bacalah Al-Qur’an dan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid kesehariaanu. Dan senantiasalah berusaha untuk menghafalnya sesuai kesanggupanmu agar engkau bisa mendapatkan pahala yang besar dihari akhir nanti.
- Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan, karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu kedalam kedustaan.
- Jauhilah dari sikap menyombongkan diri (berhias diri) dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, dengan tujuan membangakan diri dikehidupan manusia.
- Zikir adalah pengaruh yang kuat yang sangat bermanfaat, maka sesantiasalah berzikir kepada Allah dimanapun dan kapanpun serta dalam kedaan apapun engkau.
- Jauhilah sifat merasa kagum terhadap diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata.
- Jauhilah terlalu banyak tertawa, terlalu banyak berbicara dan berceloteh. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya dia berkata dengan perkataan yang baik / atau hendaknya ia diam.”
- Tidak memotong pembicaraan / membantahnya / meremehkannya. Dan jadikanlah engkau pendenganr yang baik dan itulah beradab bagimu.
- Berhati-hatilah dengan suka mengolok-olokkkan atas cara berbicara orang lain
- Jika mendengar bacaan Al-Qur’an, maka berhentilah berbicara, apapun pembicaraan itu, karena itu merupakan adab terhadap Kalamullah dan juga sesuai dengan perintahnya
- Jauhilah Ghibah dan Buhtan.
Sedangkan Adab Berbicara yakni :[3]
- Dahului dengan salam, apabila seseorang dengan langsung berbicara sebelum salam maka janganlah dijawab
- ucapan bermanfaat. Dalam kamus seorang muslim, hanya ada 2 pilihan dalam berbicara, yakni mengucapkan sesuatu yang baik atau memilih diam.
- Berbicara dengan lemah lembut
- Bernilai sedekah jika ucapan itu santun
- Tidak banyak berbicara, Hadis Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai banyak berbicara, menghambut-hamburkan harta dan terlalu banyak berkata.”
- Tidak mengadu domba
- Tidak berbohong
- Menghindari perdebatan
- Jangan mencaci maki
- Janganlah berbisik-bisik
- Tidak memotng pembicaraan
- Hindarilah mengolok-olok dan memanggil dengan gelat yang buruk.
- Menjaga rahasia.
“Tidaklah seorang muslim menutupi rahasi saudaranya didunia kecuali Allah menutupi (pula) rahasia nya pada hari kiamat”.
- Adab Pada Waktu Makan
Banyak orang menganggap remeh masalah adab pada saat sedang makn. Makanlah dengan adab Nabi Muhammad SAW. Jadikanlah beliau sebagai tauladan muslim dalam beradab.
Diantara adab makan Rasulullah adalah sebagai berikut :
- mencuci tangan sebelum makan dan sesuadahnya
- Mulailah dengan membaca Bismillah9 jangan lupa menyebut asma’ Alloh)
- Makan dengan menggunakan tanagan kanan
- Mungucapkan “hamdalalh” sesudah makan
“barang siapa makan sesuatu makanan lalu mengucapkan “segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan melimpahkan kepadaku tanpa ada upaya dan kekuatan dariku” niscata akan diampuni dosanya yang telah lalu (Abu Daud dan At-Turmidzi)
- tidak telentang tatkala makan
- makruh mencela makanan yang ada, Abu hurairah R.a, dia berkata : Rasulullah SAW tidak pernah mencela suatu makanan pun. Jika berselera beliau memakannya, dan jika tidak menyukainya beliau meninggalkannya” (Muttafakun alaihi).
- Makan bersama bisa menyenangkan dan mendatangkan berkah.
- Makan dari bagian pinggir, dan bukan dari bagian tengahnya.
“Barokah turun pada bagian tengah makanan. Maka makanlah dari pinggir-pinggirnya dan janganlah makan dari bagian tengahnya. ( Abu Daud dan At-Turmidzi)[4]
- Adab Pada Wakatu Bertamu
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan bertamu dan menerima tamu. Agar kegiatan bertamu berdampak positif bagi yang bertamu dan menerima tamu, maka islam memberikan tuntutan bagaimana sebaiknya kegiatan bertamu tersebut dilakukan, yakni :
- sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah meminta izin dan ucapkan salah kepada tuan rumah. (QS. An-nur 24 : 27-28)
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uäw (#qè=äzôs?$·?qãç/ uöxîöNà6Ï?qãç/ 4_®Lym(#qÝ¡ÎSù'tGó¡n@ (#qßJÏk=|¡è@ur#n?tã $ygÎ=÷dr&4 öNä3Ï9ºs ×öyzöNä3©9 öNä3ª=yès9crã©.xs? ÇËÐÈbÎ*sù óO©9(#rßÅgrB !$ygÏù#Yymr& xsù$ydqè=äzôs? 4Ó®Lymcs÷sã ö/ä3s9( bÎ)ur @Ï%ãNä3s9 (#qãèÅ_ö$#(#qãèÅ_ö$$sù (uqèd 4s1ør&öNä3s9 4ª!$#ur $yJÎ/cqè=yJ÷ès? ÒOÎ=tæÇËÑÈ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
- jangan bertamu sembarangan waktu. Bertamnulah pada saat yang tepat, saat mana tuan rumah diperkirakan tidak akan terganggu. Misalnya jangan bertamu waktu istirahat / waktu tidur.
- berdiri disamping ambang pintu agar pandangan tidak langsung tertuju kedalam rumah
- kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga merepotkan tuan rumah. Segeralah pulang setelah urusan selesai.
- jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu, misalnya memeriksa ruangan dan perabot rumah, memasuki ruangan-ruangan pribadi tanpa izin / menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalam rumah tanpa izin tuan rumah. Diizinkan masuk rumah tidak berarti diizinkan segala-galanya.
- kalau disuguhkan minuman / makanan hormatilah jamuan itu. Bahkan Rasulullah SAW menganjurkan kepada orang yang puasa, sunah sebaiknya membuka puasanya untuk menghormati jamuan.
- seorang tamu hanya boleh tinggal / menginap paling lama 3 hari.
- hendaklah pamit hendak mau pulang. Meninggalkan rumah tanpa pamit disamping tidak terpuji, juga mengandung fitnah.
- apabila pulang dari bertamu hendaknya berlapang dada terhadap segala sesuatu yang terjadi.
- Adab Meminta Izin (Isti’adzan)
Mungkin banyak orang menganggap hal ini adalah hal yang sepele, terlebih lagi bila pemilik rumah adalah kerabat/sahabat dekat. Tapi sebenarnya perbuatan ini bisa membawa dampak yang sangat berbahaya. Karena rumah pada hakikatnya adalah hijab bagi seseorang. Termasuk dalam hal ini adalah meminta izin masuk kamar. Bagi seorang anak yang masih kecil 9yang belum baligh), apabila balita, masuk kamar orang tuanya / pun anggota yang lain tanpa izin adalah biasa. [5]
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita mengetahui adab-adab meminta izin yang benar sesuai sunnah :
- meminta izin berbeda dengan ucapan salam
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan kaladah bin al-Hambal, bahwasanya shafwan bin Umayyah mengutusnya pada hari penaklukan kota Makkah dengan membawa liba’ 9susu diperah saat unta baru saja melahirkan), jadayah (rusa yang baru berusia 6 bulan) dan dhagobis (buah semacam mentimun). Ketika itu Rasulullah SAW berada diatas lembah. Aku menemui beliau tanpa mengucapkan salam dan tanpa meminta izin. Maka beliau bersabda “keluarlah, ucapkan salam dan katakana :”bolehkah aku masuk?””HR. Ahmad, Anu Daud, At-Turmidzi dan An-Nasa’i)
- bila tidak diizinkan hendaklah kembali
“jika seseorang diantara kamu telah meminta izin 3x lalu tidak diizinkan, maka hendalah ia kembali”.
- seorang laki-laki harus meminta izin ketika hendak masuk menemui ibunya.
“ riwayat Al-Qomah, ia berkata : seorang laki-laki datang kepada Abdullah bin Mas’ud r.a berkata : apakah aku harus meminta izin jika hendak masuk menemui ibuku? Maka ia menjawab : tidaklah dalam semua keadaannya ia suka engkau melihatnya”. (HR. Mauduf Shohih)
- seorang laki-laki harus meminta izin ketika hendak menemui saudara perempuannya.
- Meminta izin seharusnya pada 3 waktu
- sebelum shalat subuh
- ketika kamu meninggalkan pakaian (luarmu) ditengah hari
- sesudah shalat isya’ (itulah 3 aurat bagi kamu)
C. PENUTUP
- Kesimpulan.
Islam telah mengatur segala tingkah laku manusia, agar segala perbuatan dan tingkah laku menjadi hal yang positif dan bermanfa’at. Hal – hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada umat nya, yang dimana beliau sebagai suritauladan bagi seluruh umat manusia.
Dalam makalah ini telah dibahas mengenai Adab dan Hak-hak Umum
- adab pada waktu berjalan : berjalan dengan cepat dan tidak mengganggu
- adab pada waktu berbicara : berbicara yang baik, atau lebih memilih diam
- adab pada waktu makan
- adab pada waktu bertamu, dan : senantiasa mengucapkan salam, dan menghindari hal – hal yang memungkinkan tuan rumah terganggu dan merasa tidak nyaman.
- adab pada meminta izin. : meminta ketika hendak bertamu.
[1] Ibnu Qayyum Al-Jauaiyah, Madarijas Shalikin Pendakian Menuju Allah, (Beirut : Darul Fikr, 1408 H), hlm. 279
[2] Hayati Mubarok Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta : Darul Falah, 2002), hlm. 142.
[3] Hayati Mubarok al-Barik, Op. Cit. hlm 135-136.
[4] Ibid, hlm. 137-138.
[5]Http//ummuihsan.ofees.net/adab_meminta_izin/majalah As-sunnah.BUku.net/
0 komentar:
Posting Komentar