Pages

Subscribe:

Minggu, 03 Juni 2012

PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU KHALDUN



A. Pendahuluan
            Ibnu Khaldun sejatinya pemikir dan ulama peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum opusnya, al muqaddimah. Ia dilahirkan di Tunisia pada tahun 732 h / 1332 M. dengan nama Abu Zayd Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Khaldun.
            Dalam kaitannya dengan pemikiran pendidikan Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu pendidikan bukan saja sebagai suatu aktifitas yang semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan, akan tetapi ia merupakan gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyrakat dan perkembangannya dalam tahapan kebudayaan.
            Oleh karena itu di dalam makalah ini penulis telah menuangkan secara ringkat tentang riwayat hidup Ibnu Khaldun, Latar Belakang pemikirannya, kondisi intelektualnya sampai kepada pemikirannya tentang pendidikan.

B. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun
            Ibnu Khaldun lahir di Tunisi  tahun 732 H / 1332 M dan wafat di Kairo, Mesir pada tahun 807 H / 1480 M dalam usia 75 tahun menurut perhitungan Hijirah. Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Khaldun. Keluarganya, sebelum menyeberang ke Afrika, adalah para pemimpin politik di Moorish, Spanyol selama beberapa abad. Ayahnya bernama Abdur Rahman Abu Zayd ibn Muhammad Ibn Khaldun. Keturunan Ibnu Khaldun ini adalah keturunan Arab yang semula berasal dari Hadhramaut, Yaman Selatan, setelah itu Ibnu Khaldun pindah ke Hijaz, keluarga Ibnu Khaldun nampaknya cukup berhasil dan tumbuh menjadi salah satu keluarga Aristokrat di kota Seville. Latar belakang keluarga dan situasi saat dilahirkannya tampaknya merupakan factor yang menentukan dalam perkembangan pemikirannya. Keluarganya telah mewariskan tradisi intelektual ke dalam dirinya, sedangkan masa ketika ia hidup yang ditandai oleh jatuhnya dinasti-dinasti Islam, terutama dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah memberikan kerangka berfikir dan teori-teori sosialnya serta filsafatnya.[1]
            Sebagaimana para pemikir Islam lainnya, pendidikan masa kecilnya berlangsung secara tradisional. Artinya ia harus belajar membaca al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Sastra dan Nahwu Sharaf dengan sarjana-sarjana terkenal pada waktu itu.
            Perjalanan hidupnya penuh dengan rangkaian kegiatan ilmiah dan partisipasi social politik yang sangat intens sehingga menempatkan dirinya sebagai ulama, filosof dan ilmuan yang dikagumi. Jadi, dia bukanlah seorang ilmuan yang memilih hidupnya dimenara gading teralienasi dari umatnya.
            Selama 40 tahun Khaldun hidup di Spanyol dan Afrika Utara yang senantiasa mengalami pergolakan-pergolakan politik dan ia yang jabatan-jabatan penting dibawah para penguasa yang silih bergantu. Setelah ia kembali ke Afrika, kemudian Khaldun memutuskan untuk menunaikan Ibadah Haji, pada tahun 1382 M ia pergi ke Iskandariyah, tetapi di dalam perjalanannya ia singgah di Mesir. Karena popularitas dan kredibilitasnya sebagai seorang ilmuwan muslim, raja dan rakyat Mesir menawarinya jabatan guru dan ketua Mahkamah Agung dinasti Memeluk, sehingga niat melaksanakan Haji menjadi tertunda. Kemudian baru tahun 1387 niat melaksanakan ibadah haji menjadi kesampaian.[2]

B. Latar Belakang Pemikiran Ibnu Khaldun
1. Internal
a. Pendidikan Ibnu Khaldun
            Ibnu Khaldun mengawali pendidikannnya (masa kecilnya) dengan membaca Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Sastra dan Nahwu Sharaf dengan sarjana-sarjana terkenal pada waktu itu. Pada waktu itu Ibnu Khaldun merupakan pusat ulama dan sastrawan di daerah magrib. Dan Pada umur 20 tahun Ibnu Khaldun bekerja sekretaris Sultan Fez di Maroko, akan tetapi di Tunisi dan kota-kota besar di Masyrig dan Magrib dilanda wabah pes yang dahsyat yang mengakibatkan ia tidak dapat melanjutkan studinya, bahkan dalam peristiwa tersebut ia kehilangan orang tuanya.
            Karena pengalaman dan karirnya yang panjang dalam berbagai bidang. Khaldun terkenal sebagai seorang ahli sejarah, sosologi dibidang politik, ekonomi, tata perkotaan dan pengetahuan.[3]

2. Kiprah Ibnu Khaldun di Masyarakat
            Setelah membaca riwayat singkat Ibnu Khaldun bahwa Ibnu Kahldun adalah seorang yang memiliki intelaktual yang cerdas dan orang yang berpikir serta  terkenal sebagai sosologi dibidang politik. Pada umurnya 20 tahun ia bekerja sebagai sekretaris Sultan Fez di Maroko dan pada tahun 1362 M, ia bekerja pada Raja Granada. Khaldun tidak lama di Granada, kecakapan dan prestasinya yang diperlihatkan selama itu telah menimbulkan iri hati para menteri. Lalu ia kembali ke Afrika, kemudia ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Sultan Aljazair, dan beberapa kali memimpin pasukan tentara dalam medan pertempuran.
Ketenangan hidup baru dijumpai setelah melepaskan semua jabatan resminya. Dan pada waktu itulah ia menciptakan karyanya yang monumental, yaitu Muqaddimah dan kitab Sejarah Alam Semesta.[4]
  Ibnu Khaldun juga berpendapat dalam proses menuntut ilmu pengetahuan, manusia itu disamping sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat, menurutnya dalam mencapai ilmu pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat. Hal inilah yang dikagumi oleh masyarakat serta dicontoh oleh masyarakat.[5]

2 Eksternal
a. Kondisi Intelektual Ibnu Khaldun
            Ibnu Khaldun adalah seorang yang genius yang luar biasa dia selain insane yang taat dalam keimanannya, juga mampu menyerap banyak bidang ilmu pengetahuan, dibalik memberi contoh-contoh nyata bagaimana menjalankan ilmunya tersebut. Ibnu Khaldun sibuk dengan politik, dan pekerjaan rutinnya penyelidikan dan pengembaraan ke Afrika, Andalusia, tak terkecuali juga dalam pengajaran dan kehidupan pengajarannya.
            Pengalaman Ibnu Khaldun dalam mengajar di berbagai Universitas selama 20 tahun, serta sebagai tokoh politikus dan darah filosofisnya ia mengemukakan teori dan methode pendidikan dan pengajaran yang dampak dan prakteknya sampai abad dewasa ini masih berjalan dengan baik.

b. Karya-Karya Ibnu Khaldun
            Ibnu Khaldun sebagai ilmuwan besar adalah karena karyanya “Muqaddimah”, rasany memang aneh ia terkenal justru karena muqaddimahnya bukan karena karyanya yang pokok (al-‘Ibar), namun pengantar al-‘Ibararnyalah yang telah membuat namanya diagung-agungkan dalam sejarah intelektualisme. Karya monumentalnya itu telah membuat para sarjana baik di Barat maupun di Timur begitu mengaguminya. Sampai-sampai Windlellband dalam filsafat sejarahnya menyebutkan sebagai “Tokoh ajaib yang sama sekali lepas”, baik dari masa lampau maupun masa yang akan datang.
            Adapun hasil karya-karyanya yang terkenal diantaranya adalah :
  1. Kitab Muqaddimah, yang merupakan buku pertama dari kitab al-‘Ibar yang terdiri dari bagian muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah yang merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku tersebut pulalah yang mengangkat nama Ibnu Khaldun menjadi begitu harum.
  2. Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-‘Akbar. (Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, non Arab, dan Barbar serta raja-raja besar yang semasa dengan mereka). Yang kemudian terkenal dengan kitab ‘Ibar.
  3. Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban atau disebut al-Ta’rif, dan oleh orang-orang Barat disebut dengan Autobiografi, merupakan bagian terakhir dari kitab al-‘Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai kehidupan Ibnu Khaldun. Dia menulis autobigrafinya secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah.

D. Pandangan Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
            Pandangan Ibnu Khaldun tentang pendidikan bertumpun kepada konsep dan pendekatannya yang integral dan totalitasnya bermuara kepada aspek filosofis dan empiris sehingga melahirkan visi yang seimbang tentang tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun beraneka ragam dan bersifat universal. Diantara tujuan pendidikan tersebut adalah :
-          Tujuan peningkatan pemikiran
Ibnu Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas. Hal ini dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan keterampilan.
-          Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Dari segi peningkatan kemasyarakatan, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia. Ilmu dan pengajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat manusia kea rah yang lebih baik. Semakin dinamis budaya masyarakat, maka semakin bermutu dan dinamis pula keterampilan di masyarakat tersebut.
-          Tujuan pendidikan dari segi kerohanian
Dari segi ini tujuan pendidikan akan dapat meningkatkan kerohanian manusia dengan menjalankan praktek ibadat, zikir, dan lain sebagainya sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi.[6]
Sedangkan dalam buku Muqaddimahnya ada enam tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan, antara lain :
  1. Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan, yaitu dengan mengajarkan syair-syair agama menurut al-Qur’an dan hadits sebab dengan jalan itu potensi iman itu diperkuat.
  2. Menyiapkan seseorang dari segi akhlak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Muhammad AR. Bahwa hakekat pendidikan menurut Islam sesungguhnya adalah menumbuhkan dan membentuk kepribadian manusia yang sempurna melalui budi luhur dan akhlak mulia.
  3. Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau social
  4. Menyiapkan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan.
  5. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran.
  6. Menyiapkan seseorang dari segi kesenian, disini termasuk musik, syair, khat, seni bina dan lain-lain.

2. Kurikulum Pendidikan
            Ibnu Khaldun membuat klasifikasi ilmu dan menerangkan pokok-pokok bahasannya bagi peserta didik. Ia menyusun kurikulum yang sesuai sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan, karena kurikulum dan system pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik. Ibnu membagi ilmu itu menjadi tiga macam, yaitu :
  1. Kelompok ilmu Lisan (bahasa)
  2. Kelompok ilmu Naqli
  3. Kelompok ilmu Aqli.
Ibnu Khaldun menyusun ilmu naqli sesuai dengan manfaat dan kepentingan bagi peserta didik. Menurutnya, al-Qur’an adalah ilmu yang pertama kali harus diajarkan kepada anak. Al-Qur’an mengajarkan kepada anak tentang syari’at islam yang dipegang oleh para ahli agama dan dijunjung tinggi oleh setiap umat islam.
Sedangkan mempelajari ilmu aqli (rasio) dipandang sebagai suatu yang lumrah bagi manusia dan dipelajari oleh penganut seluruh agama. Ia menyebutkan bahwa ilmu aqli merupakan ilmu-ilmu filsafat dan keakrifan. Hanya dapat diketahui oleh manusia melalui proses berpikir dan meneliti. Ilmu-ilmu aqli sepantasnya dipelajari dan dikuasai sebagian manusia. Hal ini disebabkan, karena sangat besar manfaatnya untuk kehidupan individu dan masyarakat.[7]

3. Guru dan Murid
a. Guru
            seorang guru (pendidik) akan berhasil dalam tugasnya, apabila memiliki sifat-sifat yang mendukung profesionalismenya, adapun sifat-sifatnya adalah :
-          pendidik hendaknya lemah lembut
-          pendidik hendaknya menjadikan dirinya sebagai uswatun hasanah bagi peserta didik.
-          Pendidik hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik dalam memberikan pelajaran, sehingga metode dan materi sesuai.
-          Pendidik hendaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang berguna[8]

b. Murid
            Pada masa anak-anak menurut Ibnu Khaldun memiliki keistimewaan dengan karakteristik pribadi ta’at, pendiam dan tidak bimbang. Karena itu pendidikan islam harus memanfaatkan potensi psikologi anak menuju proses pendewasaan. Karena dalam usia muda adalah masa terbaik untuk belajar, secara tegas Ibnu Khaldun juga menganjurkan agar seseorang dalam belajarnya selalu menyadari kapasitas individu dan belajar sesuai dengan batas-batas kapasitasnya.

4. Metode Mengajar
            Sebagai salah satu unsure pendidikan masalah metode tidak terlepas dari perhatian Ibnu Khaldun. Adapun prinsip-prinsip utama yang dikemukakan Ibnu Khaldun dan dalam hubungannya dengan metode mengajar yang efektif dan efesien.
  1. pentingnya pembiasaan
  2. secara berangsur-rangsur
  3. mengenali peserta didiknya
  4. memperhatikan peserta didiknya
  5. memperhatikan bakat dan kemampuan anak
  6. pemberian ilustrasi yang konkrit
  7. menghindari kekerasan dalam mengajar.[9]
Sedangkan di dalam buku Muqaddimahnya Ibnu Khaldun mencanangkan langkah-langkah pendidikan sebagai berikut :
a.       di dalam memberikan pengetahuan kepada anak didik, pendidik hendaknya memberikan problem-problem pokok yang bersifat umum dan menyeluruh, dengan memperhatikan kemampuan akal anak didik.
b.       Setelah pendidik memberikan problem-problem yang umum dari pengetahuan tadi baru pendidik membahasnya secara lebih detail dan terperinci.
c.       Pada langkah ketiga ini pendidik menyampaikan pengetahuan kepada anak didik secara lebih terperinci dan menyeluruh, dan berusaha membahas semua persoalan bagaimanapun sulitnya agar anak didik memperoleh pemahaman yang sempurna.

E. Analisis
1. Kekuatan
            Dari berbagai literature yang kami baca dan yang kami temukan bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang yang memiliki intelektual yang sangat tinggi dan Ibnu Khaldu mulai berusia 20 tahun ia tertarik dalam dunia politik sehingga pada tahun 1354 M, ia diangkat menjadi seketaris Sultan di Maroko. Lalu ia kembali ke Afrika, kemudia ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Sultan Aljazair, dan beberapa kali memimpin pasukan tentara dalam medan pertempuran. Dan karyanya Muqaddimah membuat dia menjadi yang diagung-agungkan bahkan di Barat dan di Timur Khaldun diagungkan juga, serta terkenal menjadi ilmuwan besar. Selain itu Ibnu khaldun memiliki intelegensi tinggi, pemberani, tabah dan kuat teguh pendirian dan tahan uji.

2. Kelemahan
            Sedangkan yang menjadi kelemahannya adalah pada tahun 1357 ia terlibat dalam persengkongkolan untuk menggulingkan Amir bersama Amir Abu Abdullah Muhammad, sehingga ia ditangkap dan dipenjarakan. Tetapi tidak lama kemudian ia dibebaskan kembali. Walaupun Ibnu Khaldun hebat dalam ilmu politik dan pengetahuan tetapi dia memiliki sifat angkung, egoisme, penuh ambisi, tidak menentu dan kurang memiliki rasa terima kasih.

3. Kontribusi
            Dari kelemahan yang penulis peroleh, maka dalam hal ini penulis memberikan kontribusi terhadap kelemahannya yaitu menamkan sifat kezuhudan karena dengan sifat ini mudah-mudahan sifat angkung, egois penuh ambisi dan lain-lain secara perlahan-lahan akan hilang dan tidak akan mudah meremehkan orang-orang lain serta tidak menginginkan jabatan yang begitu tinggi.

F. Kesimpulan
            Ibnu Khaldun adalah salah satu pemikir islam yang cemerlang, ia tidak hanya membuktikan dirinya pada tataran teoritis saja, tapi ia juga berkecimpung dalam tataran politik praktis. Dari segi pengalaman politiknya, ia memperoleh pengetahuan yang cukup luas baik itu sebagai seorang diplomat maupun sebagai mentri atau sekretaris.
            Dalam tatanan, praktis, ia banyak terlibat dengan intrik-intrik politik ketika itu. Hidupnya tidak hanya dihabiskan dalam intrik politik ini, tapi dihabiskan di dunia intelektual. Sehingga kepusatannya untuk berhenti dalam politik praktis telah membuka jalan baginya untuk menuliskan sebuah karya yakni muqaddimah.



[1]Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 221.
[2]Fakhrul Razy Dalimunthe, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Medan : IAIN Press, 1996), hlm.152-154.
[3]Rama Yulis dan Samsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : Quantum Teaching, 2005), hlm. 18-19.
[4]Abudin Nata. Loc. Cit., hlm. 222.
[5]Haitami Salim dan Erwin Mahrus. Filsafat Pendidikan Islam, (Pontianak : STAIN Press, 2006), hlm. 122.
[6] Rama Yulis dan Samsul Nizar. Loc. Cit., hlm. 20-22.
[7] Ibid., hlm. 23-24.
[8] Ibid., hlm. 27.
[9]Fakhrul Razy Dalimunthe, dkk. Loc. Cit., hlm. 163.

0 komentar:

Posting Komentar