Pages

Subscribe:

Minggu, 03 Juni 2012

FASE ANAK SEKOLAH



A. Pendahuluan

            Anak yang sudah berumur 5-6 tahun telah memiliki kesanggupan-kesanggupan psykis seperti penginderan dan pengamatannya telah cukup kuat untuk menerima rangsangan serta teratur dan saat ditujukan kepada benda-benda beberapa waktu lamanya. Demikian pula masalah yang ada sangkut pautnya dengan isi pengajaran di sekolah pandangan serta penghargaannya terhadap sesuatu tidak lagi semata-semata di tentukan , di pengruhi oleh kehendak atau sifat-sifat aku-nya saja, begitu pula tentang ingatan sudah dapat menyimpan materi-materi yang di sajikan oleh guru serta sudah mapu mmproduksi bila di perlukan sekalipun dalam batas-batas tertentu.
            Suatu fakta yng keras terjadi bila manusia selalu mencoba ingin mengetahui tentang seluk beluk dunia. Hal ini tidak dapat kita pungkiri,manusia ingin mengetahui segala ilmu dengan cara bersekolah bagi manusia selain memiliki rasa ingin tahu manusia juga ingin menjawab berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya dan juga ingin mengembangkan wawasannya serta mencerahkan masa depan.
            Oleh sebab itu banyak motivasi dan tujuan manusia dari berbagai kelompok, gololngan untuk menjawab persoalan tersebut dengan cara bersekolah. Di sebabkan rasa ingin tahu tersebut . pada kesempatan ini penulis berusaha memaparkan bagaimana se benarnya anak yang mengalami sekolah dan bagaimana sebenarnya fase anak yang bersekolah.

B. Pengertian dan Ciri-ciri Anak Fase Sekolah
            Masa-masa bersekolah adalah masa yang di lalui oleh seseorang. Masa ini berlangsung sejak akhir awal masa kanak-kanak. Masa pertengahan hingga masa akhir anak-anak. Periode ini berlangsung ketika anak berusia kira-kira 5 atau 6 tahun hingga tibanya saat individu memiliki kematangan secara seksual.
            Permulaan masa ini di tandai dengan masuknya anak ke bangku kelas satu sekolah dasar. Karena anak yang berusia 5-6 tahun di anggap telah memiliki kesanggupan dan kemampuan psikis yang cukup seperti penginderaan, pengamatan dan kemampuan untuk menerima rangsangan serta teratur dan saat dengan masalah yang berkaitan dengan isi pengajaran di sekolah.
            Bagi sebagian besar anak, memasuki bangku sekolah merupakan sesuatu perubahan besar dalam pola kehidupannya. Karena peristiwa penting ini mampu merubah sikap. Nilai dan prilaku anak. Pandangan serta prilaku anak mulai terbentuk dan penghargaanya terhadap suatu hal tidak lagi ditentukandan di pengaruhi oleh kehendak ( kemaunnya ) sendiri.
            Dalam hal ini cirri-ciri fase anak sekolah yaitu anak mulai mampu menyimpan pesan-pesan atau materi-materi yang di sajikan dalam memorinya. Serta memberikan respon terhadap pesan yang diteriamanya meskipun masih dalam batas-batas tertentu. Meskipun fantasinya sudah teratur dan dapat di kendalikan, namun ia masih tergolong luas dan liar. Hal ini di sebabkan kesadaran tentang malitas masih dalam tahap proses pematangan.
            Dalam masa ini seorang anak setelah mampu berpikir, maksudnay seoranganak mempunyai kemampuan untuk menggait0ngaitkan gambaran dan pengertian-penegrtian dan ia telah mampu mempergunakan bahas lisan untuk menyampaikan hasil pikirannya.
            Inteligensi anak sebelumnya hanya berupa intelegensi praktis mulai berubah menjadi intelegensi teori yang tidak terlepas dari intelegensi praktisnya.

C. Perkembangan Fisik

            Masa pertengahan dan ahir masa kanak-kanak dimana telah di sebutkan sebelumnya yakni anak yang berusia 6-12 tahun adalah merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan- perubahan puberitas kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual. Pada fase pertumbuhan ini pertumbuhan berkembang pesat. Pada masa ini sering di sebit periode tenang [1]sebelum memasuki masa remaja.
Anak yang telah berusia 5-6 tahun tidak ada lagi halangan baginya untuk pergi kesekolah dia mampu duduk tenang sekian lama dan diam dengan tenang di bangku sekolah dan tidak terganggu kesehatannya.
Adapun perbandingan umum tinggi dan berat badan anak akan di uraikan sebagai berkut :
1.      Baru di lahirkan tingginya sekitar 50 cm, berat sekitar 3 kg.
  1. Umur 1 tahun tingginya 75 cm, bertanya sekitar 10 tahun
  2. Umur 2 tahun tingginya 85 cm, berat badan sekitar 12 kg.
  3. Umur 3 tahun tingginya 94 cm, berat badan sekitar 14 kg.
  4. Umur 4 tahun tingginya 100 cm, berat badan sekitar 16 kg.
  5. Umur 5 tahun tingginya 107 cm, berat badan sekitar 18 kg.
  6. Umur 6 tahun tingginya 113 cm, beratnya sekitar 20 kg. [2]
Sampai dengan usia 6 tahun terlihat badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Kepala dan perut terlihat besar, inilah pertumbuhan fisik anak selama masa bersekolah .

D. Perkembangan Perasaan

            Perasaan biasanya di definisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan denagn gejala-gejal mengenai dan di alami dalam kualitas senang dan tidak senang dalam berbagi taraf. [3]
            Perasaan banyak di pengaruhi oleh keadaan diri sesorang. Apa yang enak, indah, menyenangkan bagi seseorang belum tentu enak, indah , menyenangkan bagi orang lain. Perasaan pada umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggapi, menhayatkan, mengingat-ingat atau memikrkan sesuatu.meskipun demikian, perasaan bukanlah hanya sekedar gejala tambahan dari pada fungsi pengenalan, melainkan adalah fungsi tersendiri.
            Sebagaiman woodworth dan marquis ( 1955 ) yang di kutip oleh sumadi yaitu perasaan sering kali bersangkut paut dengan jasmaniyah tetapi toh tetap fungsi tersendiri.[4]
            Di masa sekolah seorang anak sudah mampu mengatur sebagian sebagian besar dari perasaannya, kepancaindreaannya juga kejasmaniaannya.[5]Atau dalam artian perasaan itu sudah mulai di kurangi di masa dimana anak mulai memasuki bangku dsekolah agar tidak mengganggu dirinya, pelajarannya dan teman-temannya disekolah.
            Adapun yang menjadi kajian perkembangan perasaan menurut Sumadi adalah dua tahap yaitu : Perasaan-perasaan jasmaniah dan rohaniah.[6]
            Bigot dan kawan-kawan ( 1950 ) mwemberikan ikhtisar tentang bidang-bidang perkembangan sebagai berikut :
  1. Perasaan jasmaniah ( rendah )
Adalah perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsangan alat-alat jasmaniah ( tubuh ). Persaan ini di bagi menjadi dua, yaitu :
    1. Perasaan indriah
Yaitu perasaan yang berhubungan dengan perasaan terhadap panca indra seperti : sedap, manis, pahit, asin, panas, dingin dan sebagainya.
    1. Perasaaan Vital
Yaitu perasaan-perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani, pada umumnya seperti persaan segar, letih , sehat, tak berdaya, kuat, lemah dan sebagainya.
  1. Perasaan Rohaniah ( luhur )
Adalah perubahan perasaan anak yang berhubungan dengan aspek-aspek rohaniah. Yaitu kejiwaan anak, perasaan anak di bagi menjadi enam bidang, yaitu : [7]
    1. Perasaan Intelektual
Adalah perasaan yang berhubungan dengan kesanggupan intelek, (pikiran) seorang anak di usia sekolah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapinya. Persaaan ini di bagi pada dua jenis yaitu :
1)      Perasaan intelektual positif, yaitu perasaan senag yang di mjiliki oleh seorang anak karena harus mampu menyelesaikan suatu masalah. Contohnya soal ujian.
2)      Perasaan intelektual negatif, yaitu perasaan kecewa yang dialami oleh seorang anak kerena kegagalan yang di alaminya, contohnya kegagalan menjawab soal ujian.
    1. Perasaan kesusilaan
Perasaan kesusillaan yang sering di sebut perasaan etis adalah perasaan tentang baik buruknya suatu keadaan yang di miliki oleh seorang anak. Setiap anak tentunya memiliki ukuran tersendiri secara individual tentang bagaimana menilai suatu prilaku. Hal ini sering di sebut sebagai norma individual disamping norma individual di atas kita juga mengenal adanya suatu norma yang berlaku di masyarakat yang sering di sebut norma social.
Nah, perasaan kesusilaaan di atas bersangkut paut dengan pelaksanaan norma tersebut, perasaan ksusilaan di bagi menjadi 2 yaitu :
1)      Perasaan kesusilaanpositif, yaitu perasaan puas kalau orang melakukan hal-hal atau nama yang baik.
2)      Perasaan kesusilaan negatif, yaitu perasaan menyesal apabila orang telah melakukan suatu hal yang buruk atau bertentangan dengan norma.
    1. Perasaan Keindahan
Adalah perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang anak menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
    1. Perasaan Sosial
Yaitu perasaan yang mengingatkan seorang dengan sesama anak yang lainnya, perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan sesamanya, perasaan untuk bergaul, saling tolong menolong, memberi dan menrima simpati dan antipati, rasa setia kawan dan sebagainya.
    1. Perasaan harga diri
Adalah perasaan yang di miliki seorang anak berdasrakan penghargaan dan penghormatan yang diperolehnya dari phak lain. Perasaan ini di bagi menjadi 2 jenis yaitu :
1)      Perasaan harga diri positif, yaitu perasaan puasa, senang, bangga yang di alami seorang anak yang mendapat penghargaan dari orang lain.
2)      Perasaan harga diri negatif, yaitu perasaan kecewa, tidak senang kalau seorang anak memperoleh celaan, hukuman dari pihak lain.
    1. Perasaan keagamaan
Adalah perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seorang anak tentang adanya yang Maha kuasa. Rasa syukur setelah lepas dari bahaya secara ajaib. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa seorang anak dalam masa berseekolah harus mengalami perasaan-perasaan di atas untuk mempermudah perkembangan perasaannya dan untuk menujang keberhasilannya di sekolah. Tidak terlepas dari perasaan rohaniyah yang baik yang di miliki seorang anak akan memmpermudah perkembangan dalam masa bersekolah ( situasi pendidikan ).
Sebagai contoh apabila perasaan harga diri seorang anak telah brkembang maka ia tidak akan takut berhadap atua tatap muka dengan anak alin maupun dalam menghadapi pelajaran dan tidak bingung di sekolah, serta tidak mengalami penyakit rasa rendah diri atau minder.
Selain itu seorang anak akan mapu memasuki masyarakat baru yang berdisplin di sekolah, ketika anak memasuki bangku sekolah maka ke egoisannya dalam hal ini sifat kelakuannya mulai berkurang dan ia mulai mengakui bahwa sanya da akannya orang lain.

 

E. Proses Sosialisasi Fase Anak Sekolah

            Akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia 6-12 tahun di tandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian kehidupan social anak. Bagi sebagian ahli psikologi, ahir masa kanak-kanak sering di sebut sebagai usia kelompok.[8]  Yaitu suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan di terimanya ia oleh teman-teman sebyanya sebagai anggota kelompok, terutama oleh kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
            Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan diri dengan standar yang disetuji kelompok dalam penampilan, berbicara fdan berprilakuy sehingga muncul pula anggapan masa ahir kanak-kanak sebagai nusia pentesuaian diri. Seorang anak dalam masa ahir kanak-kanak dalam hal ini ketika anak telah memasuki bangku sekolah dasar tidak akan merasa puas apabila tidak brsama teman-teman kelompoknya.
            Dalam hal ini, seorang anak tidak akan puas bermain sendiri di rumahnya atau dengan saudara-saudara kandungnya atau dengan anggota keluarganya, ia akan merasa kesepian. Dia tidak akan merasa cukup berteman denga 2 atau 3 orang anak saja. Hal ini berlaku umum bagi anak laki-laki atau perempuan.
            Pada umumnya geng atau kelompok anak berwujud sebagai orang jahat orang baik. Pengacau atau pahlawan ada sejumlah diri menonjol pada geng anak yaitu : kelompok mereka adalah merupakan kelompok bermain, anggotanya harus anak-anak yang mudah di ajak dan memiliki pemikiran yang sama. Anak-anak dalam satu kelompok memiliki jenis kelamin yang sama pada mulanya keanggotaaan nya dimulai 3 atau 4 orang saja dan kemudian lama kelamaan terjadi penambahan anggota atau bahkan pergantian anggota menunjukkan prilaku social baik dan buru yang mereka lihat dari orang dewasa, memiliki pusat berkumpul yang di sepakati bersama, dan jauh dari pengawasan orang dewasa.
            Selain itu keanggotaan kelompok anak-anak usia sekolah pada umumnya memberikan banyak efek bagi anak, ada yang berpengaruh positif atau baik dan efek negatif atau buruk. Namun sejauh pengalaman yang kita saksikan keanggotaan kelompok ini lebih banyk memberikan efek negatif.
            Efek positif dari kelompokmini misalnya, seorang anak yang ber gabung dengan suatu kelompok akan terlatih jiwa sosialnya, artinya ia akan terbiasa hidup dan memahami bahwa setiaporang itu memiliki peran social dalam kehidupan bernasyarakat. Sedangkan, efek negatif dari ke anggotaan kelompok ini di antaranya :
1.      Menimbulkan pertentangan dengan orang tua karena perbedaan status social dan ekonomi dalam masyarakat.
2.      Permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan meluas.
3.      kecenderungan anak yang usianya lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda.
4.      Cara anak memperlakukan anak lain di luar anggota kelompoknya terkadang menjadi tidak wajar dan sering mengakibatkan permusuhan hingga akhirnya kadang anak berusia remaja dan dewasa.
Salah satu unsure penting bagi seorang anak dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan social kelompok adalah konsep memhami diri sedikitnya ada 3 karateristiuk konsep pemahaman diri anak yang di utarakan oleh para ahli antaranya :
1 ) karakteristik internal ( di kemukakan olh F. Abound & S. Sketty, 1983 )
2 ) Karakteristik aspek-aspek social ( dikemukakan oleh Liversly & Biomely )
3)      Karakteristik perbandingan social (dikemukakan oleh Sofert& Hoffnung, 1994 ).[9]
Jadi, seorang anak yang ingin memasuki dunia berkelompok harus mampu memahami diri terlebih dahulu agar tidak salah melangkah.

F. Perkembangan Intelegensi
            Dalam membahas perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan atau intelegensi mendapat perhatian yang lebih dari pada psikolog. Karena menurut mereka perkembangan kognitif itu seiring dengan perkembangan intelegensi. Artinya kemampuan intelegensi yang dimiliki anak akan mendukung perkembangan kognitif anak terutama saat ia berusia sekolah, demi optimalnya hasil belajar yang di perolehnya.  Berikut ini akan di bahas segala sesustu yang berhubungan dengan intelegensi.
1.      Pengertian Intelegensi
Intelegensi merupakan satu konsep yang abstrak intuk di definisikan. Namun dsari sekian banyak definisi yang di rumuskan para ahli secara umum di klasifikasikan ke dalam 3 bentuk yaitu :
a.       Kemampuan menyesuaikan dieri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi baru yang beragam.
b.      Kemampuan untuk belajar atau menerima pendidikan.
c.       Kemampuan untuk berfikir abstrak, menggunakan konsep-konsep dan symbol-simbol ( Pharas, 1988 ).[10]
Berdasarkan definisi di atas dapat kita ambil gambaran atau kesimpulan bahwa intelegensi adalah kemampuan berfikir secara abstrak dan memecahkan masalah dengan menggunakan symbol-simbol.
2.      Pengukuran intelegensi
Intelegensi yang di miliki anak tidak sama. Sehingga muncullah pemikiran para ahli untuk membuat satu rumusan bagaimana mengukur perbedaan tersebut. Diantara Alfret Binot ( 1857-1911 ) bersama mahasiswa Thoophile Simon.[11]Namun pada akhirnya di sempurnakan oleh William Stern ( 1871-1938 ).[12], seorang psikolog Jerman yang akan di uraikan sebagai berikut :
                                       IQ : MA × 100[13]
                                              CA

Keterangan :
MA : Usia Mental
CA : Usia Kronologis
IQ  :  Intelegensi Quotient ( tingkat kecerdasan )
Berikut ini akan di sajikan table klasifikasi IQ anak tingkat sekolah :
IQ
Klasifikasi
Tingkat Sekolah
Di atas 139
Sangat Superior
Orang yang sangat pandai
120-139
Superior
Dapat menyelesaikan studi di Universitas tanpa banyak ksulitan.
110-119
Di atas rata-rata
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan tanpa kesulitan.
90-109
Rata-rata
Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan
80-89
Dibawah rata-rata
Dapat menyelesaikan sekolah dasar
70-79
Borderline
Dapat mempelajari sesuatu tapi lambat
Dibawah 70
Terbelakang secara mental
Tidak bisa mengikuti pendidikan di sekolah.
Sumber : adaptasi dari Desmita ( 2005 ).[14]
3.      Teori-teori Intelegensi.
Ada banyak tokoh psikologi yang merumuskan teori-teori intelegensi seperti Thurstone, Gardner dan Sternberg. Adapun rincian teori-teori mereka di atas akan di sajikan dalam table-tabel berikut :
a.       Turstone
Kemampuan Mental Primer Thurstone
Inteligensi
Kemampuan
Verbal comperehension
Kemampuan memehami makna kata
Word Fluency
Kemempuan memikirkan kata secara tepat, seperti penukaran huruf dalam kata, sehingga kata itu mempunyai pengetian lain, atau memikirkan kata-kata yang bersajak.
Number
Kemepuan bekerja denga angka dan melakukan perhitungan
Memory
Kemampuan meningkat stimulus verbal
Perceptual speed
Kemampuan menangkap rincian visual secara cepat melihat persamaan dan perbedaan antara objek yang tergambar
Resoning
Kemampuan menemukan aturan umum berdasarkan contoh yang di sajikan, seperti menenrukan bentuk keseluruhan rangkaian setelah di sajikan sebagian dari rangkaian tersebut.
Sumber : Adaptasi dari Desmita ( 2005 )

b.      Gardner
Aspek Intelegensi Gardner
Inteligensi
Kemampuan
Logical-mathematical
Kepekaan dan kemampuan mengamati pola-pola logis dan bilangan, serta kemampuan berfikir logis.
linguistic
Kepekaan terhadap suara, ritme, makna, kata-kata, dan keragaman fungsi-fungsi bahasa.
Musical
Kemampuan menghasilkan dan mengekspresikan ritme, nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik.
Spatial
Kemampuan mempersepsi dunia tuang visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut.
Bodly kinesthelic
Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan menangani objek-objk secara trampil.
Interpersonal
Kemampuan mengamati dan merespon suasana hati, tenparamen, dan motivasi orang lain.
Intrapersonal
Kemampuan memahami perasaan, kekuatan, dan kelemahan inteligensi sendiri.
Sumber : Diadaptasi dari Desmita (2005 )
c.       Sternberg
Aspek Intelektual Sternberg
Aspek Inteligensi
kemampuan
Compenental
Pengkodean dan penggambaran infomasi dan perencanaaan pelaksanaan solusi atas permasalahan- permasalahan.
ekspriential
Mampu memmadukan masalah-masalah baru dan masalah-masalah lama dengan cara-cara baru, mampu mnyelesaikan masalah secara otomatis.
Contextual
Mampu menyesuaikan, mengbah dan memilih lingkungan belajar untuk di jadikan sebagai sarana dalam pemecahan masalah.
Sumber : Diadaptasi dari Desmita (2005)
            Berdasarkan uraian di atas kita ambil satu persepsi bahwasnya anak yang sudah memasuki bangku sekolah akan memiliki perkembangan inteligensi yang lebih baik di bandingkan anak yang belum memasuki bangku sekolah. Karena dengan memasuki bangku sekolah akan ada faktor dari luar yang mempengaruhi perkembangan inteligensi anak usia sekolah. Baik itu yang bersal dari hederitas ( keturunan ), lingkungan. EQ dan EI yang akan mempengaruhi keberhasilannya di sekolah.

G. Perkembangan Agama dan Kesusilaannya
            Bagi anak agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral dalam situasi yang di lakukan Gadman tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak sekolahdengan latar belakang teori perkembangan kognitif piegot di temukan bahwa perkembangan pemahaman agama pada fase sekolah berada pada tahap 3 dimana anak sekolah memperlihatkan pemahaman agama yang lebih abstrak dan hipotesis.
            Dibandingkan dengan masa sekolah tingkat dasar, misalnya keyakinan agama tingkat SMP dan SMA telah mengalami perkembangan yang cukup berarti kalau pada masa sekolah dasar ketika mereka baru memiliki kemampuan berfikir simbolik. Tuhan di bayangkan sebagai person yang ada di awan, maka pada masa SMP, SMA mreka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksitensinya. Perkembangan pemahaman tingkat SMP, SMA terhadap keyakinan agama ini sangat di pengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.

H. Perkembangan berfikir pada fase anak sekolah menurut piogot
            Ahli psikologi yang memiliki jasa yang besar dalam memneliti dan mengembangkan teori-teori berfijkir manusia adalah piogot. Sehingga diketahui kemampuan berfikir manusia sesuai dengan tingkatan umurnya. Menurut piogot, siapa pun dan dimanapun seorang anak di seantero dunia ini akan mengalami 4 periode perkembangan berfikir. Yang berlangsung dari sejak lahir sampai remaja.[15]
            Periode-periode perkembangan itu akan di uraikan berikut ini :
1.      Perkembangan berfikir sensomotorik ( 0-3 tahun )
Periode ini merupakan periode pertama, di namakan periode sensomotorik karena pada saat ini anak memahami lingkungan disekitarnya melalui pengindaran ( sensori ) dan gerakan-gerakan ( motorik ) periode ini di bagi lagi menjadi enam fase yaitu :
a.       Umur 1 bulan dengan cirri-cirinya :
1  )Kemampuan berfikir reflek
2 )Kemampuan menggerakkkan anggota badan meskipun belum terkoordinasi.
3 )Kemampuan untuk mengkoordinasikan dan mengasimilasikan atau merespon berbagai kesan yang di terimanya dari lingkungan sekitarnya.
b.      Umur 1 – 4 bulan dengan kemampuan memperluas skema yang dimilikinya secara horoditas ( keturunan )
c.       Umur 4- 8 bulan dengan kemampuan memahami hubungan antara perlakuan yang ia berikan terhadap benda yang ia perlakukan tersebut.
d.      Umur 8-12 bulan dengan cirri-ciri memiliki kemampuan :
1 ) Memahami bahwa suatu benda tetap ada walaupun sementara menghilang dan pada masa yang akan dating dapat muncul kembali.
2 )  Melakukan berbagai eksprimen .
3 )  Menentukan tujuan kegiatan tanpa bergantung pada orang tuanya.
e.       Umur 12- 18 bulan dengan kemampuan untuk meniru dan melakukan percobaan semakin luas.
f.       Umur 18 – 24 bulan dengan kemampuan :
1 ) Mengingat dan berfikir ( kekognitifan )
2 ) Berfikir dan berusaha menggunakan symbol bahasa sederhana.
3)  Mulai berfikir untuk memecahkan suatu masalah.
4 ) Memahami diri sendiri.
2.      Perkembangan berfikir professional
Periode ini di tandai dengan mulai aktifnya anak melakukan aktivitas mental dan berfikir. Yang menjadi cirri khas dari periode ini adalah egosentris alias sifat keangkuhan anakk mulai berkembang pesat sampai pada titik puncaknya. Hal ini dapat kita perhatikan melalui tingkah laku dan cara berfikir anak dalam menghadapi dan mengambil suatu keputusan.yaitu, imajinatik nya ( daya hayalnya ) berkembang pesat, berbahasa egosentris ( berbicara pada diri sendiri ), memiliki ke akuan yang tinggi ( tidak memikirkan kalau ada aku orang lain ), rasa ingin tahunya sangat tinggi, bahasnya berkembang cepat.
3.      Perkembangn brfikir periode konkrit
Periode ini sering di sebut sebagai periode konkrit karena pada masa ini anak hanya mampu berfikr dengan logikanya melalui apa yang di saksikannya secara nyata dalam menyelesaikan berbagai masalah yang hadir di hadapannya dan dalam bentuk nyata.
Demikian pula halnya dalam memahami konsep anaksangat terikat pada proses yang di alaminya sendiri, di amati langsung dan hubungan langsun dengan konsep tersenut. Oleh karena itu anak sangat mudah menyelaesaikan masalah yang berbentuk verbal atau mmasalah yang mengandalkan perbuatan.
4.      Perkembangn berfikir periode formal
Kemampaun berfikir formal anak akan berkembang pesat apabila anak telah menguasai kemampuan berfikir abstrak, berfikir logis, ilmiyah, intropeksi diri, memahami peranannya, dan memperhatikan lingkungan masyarakat sekitarnya.

I. Perkembangan kognitif pada fase anak sekolah
            Berfikir adalah proses hubungan antara stimulas – respons –reinforcement.[16]  Artinya berfikir ini merupakan hubungan suatu motif yang di sretai suatu gerakan, tanggapan dan waktu pelaksanaan.
            Plato berpendapat bahwa berfikir adalah “ brbicara dalam hati “.[17]Berfikir adalah proses yang di susun melalui tiga langkah yaitu ;
1.      Pembentukan pengrtian
2.      pembentukan pendapat.
3.      Penariakn kesimpualan
Pada prinsipnya berfikir ialah menemuka hubungan antar segala sesuatu yang di lihat dan di ketahui oleh orang lain ( Ghazali, Cs ).[18]Sebagaiman di sebut dalam diktat Agus Salim Daulay.
Seiring dengan masuknya anak sekolah dasar, maka kemapuan kognitifnya akan ikut mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan masuknya anak kedunia sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat anak maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal kognitif anak usia sekolah berkembang secar berangsur-angsur.
Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih imajinatif dan egosentris. Maka pada usia sekolah daya fikir ini berkembang ke arah berifikr konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya semakin kuat sehingga anak benar-benar dalam suatu stadium belajar.[19]
Adapun perkembangan berfikir pada anak dapat kita lihat seperti di uraikan berikut ini . misalnya, ada gambar seekor monyet, petani, pisang, pohon pisang dan kebunnya. Jika di tanyakan kepada setiap anak mengenai keterangan dari gambar tersebut maka ada jawaban yang berbeda dan bervariasi dari setiap anak sesuai tingkat perkembangan mereka.
Adapun variasi jawaban tersebut di antaranya :
1.      Anak umur 3,0 tahun kemungkinan memberi keterangan bahwa itu adalah gambar pisang, monyet, petani dan pohon pisang serta kebun.
2.      Anak umur 6,0 tahunkemungkinan memberi keterangan bahwa monyet membawa pisang, petani mengejarnya dan sekitarnya ada pohon pisang sedang berbuah.
3.      Sedangkan anak umur 12 tahun akan memberikan keterangan bahwa monyet itu mencuri pisang petani, petani tersebut mngjarnya.
Berdasarkan uraian di atas kita dapat memperoleh gambaran anak yang berusia 6 tahun ke atas sudah mampu membaca keadaan atau dalam artian berfikir atau kognitifnya mulai berkembang.
Ketika anak berusia 6-12 tahun anak mualai berfikir kritis sedangkan pemikiran kritis ini adalah pemahaman atau refleksi trhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan fikiran agar tetap terbuka bagi berbagi pendekatan dan perspektif yang berbeda.
Parkins, jay dan Tishman ( 1993 ).[20]Mengatakan bahwa pemikiran yang baika adalah meliputi disfusi-disfusi untuk :
1.      Berfikir terbuka, fleksibel dan berani mengambil resiko.
2.      mendorong keingintahuan intelektual
3.      Mencari dan memperjelas pemahaman.
4.      Merencanakan dan menyusun strategi.
5.      Berhati-hati sevar intelektual
6.      Mencari dan mengevaluasi pertimbangan-pertimbangan rasional.
7.      Mengembangkan metakognitif ( kecakapan kognitif )
Selain itu seorang pakar psikologi kognitif Robert J. Sternberg.[21]Memberikan usulan untuk mengembangkan pemikiran kritis anak yaitu :
1.      Mengajarkan anak menggunakan proses berfikir yang benar.
2.      Mengembangkan starategi pemecahan masalah.
3.      Meningkatkan gambaran mental anak.
4.      Memperluas landasan pengethuan mereka.
5.      Memotivasi anak memperpergunakan keterampilan berfikr yang baru di pelajarinya.

J. Perkembangan Motorik pada fase anak sekolah
Dengan bverkembangnya fisik anak maka hal ini akan memungkinkan adanya
1. Perkembangan motorik bagi seorang anak. Adapun tahap perkembangan motorik yaitu   Usia 6 tahun, koordinasi antara mata dengan tangan ( fisiomotorik ) yang di butuhkan untk mendidik, menagkap, mneyekap, mlempar dan sebaginya.
2.      Usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat ia lebih menyukai pensil dari pada krayon untuk melukis.
3.      Usia 8-10 tauhn, tangan anak dapat di gunakan secara bebas, mudah dan tepat. Anak mulai mahir menulis dan ukuran huruf mulai mengecil dan bertambah rapi.
4.      Usia 10-12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan menipulatif menyerupai orang dewasa. Seperti memainkan alat-alat musik.

K. Penutup
            Berdasrkan uraian pada makalah di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya masa bersekolah adalah masa dimana anak telah brusia 5,0 atu 6,0 tahun yang di tandai dengan masuknya anak ke bangku sekolah dasar, pertumbuhan fisik bertambah pesat, egosentris berkurang, pola berfikir muali terarah menuju pola berfikir konkrit, krirts, logis serta di tandai masuknya anak dalam kelompok-kelompok tertentu dalm kehidupan brmasyarakat.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi brkembangnya anak pada usia sekolah dikarenakan adanya faktor horoditas, emosi, dan lingkungan yang mempengaruhinya.





  





[1]Desmita, Psikologi perkembangan, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2005 ), Hal. 153
[2]Agus Salim Daulay,  Diktat Psikologi Perkembangan , ( STAIN Padangsidimpuan : Untuk Kalangan Sendiri , 2007 ), Hal. 74 
[3]Sumardi  Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarata : Rajawali Press, 1990 ), Hal. 66
[4] Ibid
[5]Agus Salim Daulay, Opcit, Hal. 73
[6]Bandingan, Sumadi Subyabrta, Op cit,  Hal. 67 , Wasty Soemanto, Psikologi pendidikan ( Jakarta : Rineka Cipta , 2006, Hlm. 37-38
[7]Sumardi Suryabrata, Ibid, hal. 67-69
[8]Elizabeth B. Hourlock, Developmental Psychology a life soan approach, ( Newyork : Mc. Graw Hill Book,1980 )
[9]Desmita, Opcit, Hal. 181-184
[10] Ibid, Hal. 163
[11] Ibid, Hal. 164
[12] Ibid, Hal. 165
[13] Ibid,
[14] Ibid, hal. 167-169
[15]Agus Salim Daulay, Op cit, Hal 79-82
[16]Wasty Soemanto, Op cit , Hal. 127
[17]Sumardy Sryabrta , Op cit, Hal. 54
[18]Agus Salim daulay, Op cit, Hal. 76 
[19]Desmita, Op cit , Hal. 156
[20] Ibid, Hal. 161
[21] Ibid, Hal. 162 

0 komentar:

Posting Komentar