Profil Imam Ali as Dalam Nahjul Balaghah
Imam Ali as Menurut Penuturannya Sendiri
1- Orang Pertama Yang Masuk Islam:«فأنا أول من آمن به ... فأنا أول من صدقه»
“Semantara saya adalah yang pertama beriman kepada-Nya… Sedangkan saya adalah orang pertama yang mem-benarkannya.”[1]2- Melihat Cahaya Wahyu:
«أرى نور الوحي و الرسالة، و أشم ريح النبوة»
“Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian.”[2]3- Aku Selalu Bersama Nabi saw:
«و لقد كنت أتبعه اتباع الفصيل أثر أمه يرفع لي في كل يوم من أخلاقه علما ويأمرني بالاقتداء به»
“Sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji.”[3]4- Catatan Perjuangan:
«لقد قالت قريش إن ابن أبي طالب رجل شجاع ولكن لا علم له بالحرب لله أبوهم وهل أحد منهم أشد لها مراسا وأقدم فيها مقاما مني لقد نهضت فيها وما بلغت العشرين، و ها أنا ذا قد ذرفت على الستين…»
“Sehingga orang Quraisy itu mulai mengatakan bahwa 'Ali ibn Abi Thalib berani tetapi tidak mengetahui (siasat) perang. Allah memberkati mereka! Adakah seseorang di antara mereka lebih berani dalam peperangan dan lebih berpengalaman dalam hal ini daripada saya. Saya bangkit untuk itu sebelum saya berusia dua puluhan, dan di sini saya berada, setelah menyeberangi [usia] enam puluh…”[4]5- Tidak Pernah Ragu Sekalipun:
«ما شككت في الحق مذ أريته»
“Saya tak pernah merasa ragu tentang hak sejak hal itu ditunjukkan kepada saya.”[5]6- Tidak Pernah Menipu Sekalipun:
«والله ما معاوية بأدهى مني و لكنه يغدر و يفجر، و لولا كراهية الغدر لكنت من أدهى الناس…»
“Demi Allah,[6]Mu'awiyah tidak lebih cerdik dari saya, tetapi ia menipu dan melakukan perbuatan jahat. Sekiranya penipuan tidak dibenci (dilarang) maka tentulah saya menjadi paling cerdik dari semua manusia…”[7]7- Tidak Pernah Berbohong Sekalipun:
«والله ما كتمت وشمة و لا كذبت كذبة»
“Demi Allah, saya tidak menyembunyikan sepatah kata pun dan tidak mengucapkan suatu kebohongan…”[8]8- Ilmu:
«أيها الناس سلوني قبل أن تفقدوني ، فلانا بطرق السماء أعلم مني بطرق الارض...»
“Wahai manusia! Bertanyalah kepada saya sebelum Anda kehilangan saya, karena sesungguhnyalah saya mengenal jalan-jalan di langit lebih dari jalan-jalan di bumi[9]…”[10]9- Nilai Dunia:
«والله لدنياكم هذه أهون في عيني من عراق خنزير في يد مجذوم»
“Demi Allah, dunia Anda ini lebih rendah dalam pandangan saya daripada isi perut babi di tangan seorang lepra.”[11]10- Pencabut Akar Kelompok-kelompok Pembawa Fitnah
«اما بعد أيها الناس. فأنا فقأت عين الفتنة، ولم تكن ليجرأ عليها أحد غيري»
“Amma ba'du. Wahai manusia, saya telah mengeluarkan mata pendurhakaan. Tiada orang selain saya yang maju ke arahnya ketika kegelapannya sedang membengkak dan kegilaannya parah.”[12]11- Yang Paling Layak (Menduduki Jabatan Khilafah):
«لقد علمتم أني أحق الناس بها من غيري»
(Diucapkan Amirul Mukminin as ketika orang memutuskan untuk membaiat kepada Utsman)“Tentulah Anda telah mengetahui bahwa saya yang paling berhak dari semua orang lain atas kekhalifahan.”[13]
12- Menerima Bai’at Umat:
«فتداكوا على تداك الابل الهيم يوم وردها قد أرسلها راعيها و خلعت مثانيها حتى ظننت أنهم قاتلي أو بعضهم قاتل بعض لدي»
“Mereka berlomba kepada saya sebagai unta berlomba ketika tiba di tempat perairan setelah dilepas ikatan kakinya, sampai saya berpikir bahwa mereka akan membunuh saya atau saling membunuh di hadapan saya.”[14]13- Kecintaan Kepadaku:
«لو أحبني جبل لتهافت»
“Sekalipun sebuah gunung mencintai saya, ia akan runtuh (juga).”[15]
Sayid Radhi mengatakan: Artinya ialah bahwa karena cobaan pada manusia yang mencintai Amirul Mukminin as, kesusahan parah akan menimpanya dan hal ini hanya berlaku bagi orang yang takwa, berkebajikan dan orang pilihan.
14- Melihat Kebenaran:
«إن معي لبصيرتي ما لبست و لا لبس علي»
“Sesungguhnya bersama saya adalah bashirah (mata hati untuk melihat kebenaran). Saya tak pernah menyamarkan sesuatu atas diriku dan tidak pula (hakekat) tersamarkan atasku.”[16]15- Merindukan Kesyahidan:
«والله لابن أبي طالب آنس بالموت من الطفل بثدي أمه»
“Demi Allah, putra Abu Thalib[17]lebih akrab dengan kematian daripada seorang bayi dengan dada ibunya.”[18]Catatan:
Bila kita ingin mengkaji profil dan kepribadian Imam Ali as di dalam Nahjul Balaghah, terdapat berbagai macam pembahasan, akan tetapi kita hanya menyebutkan beberapa contoh dari hal tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar