BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam laporan kepada Unesco dari Komisi Internasional tentang Pendidikan Untuk Abad XXII (1996), disebutkan bahwa dalam pengembangan pendidikan seumur hidup harus berlandaskan pada 4 pilar. (Delors, 1996):
Belajar Mengetahui, memadukan antara kesempatan untuk memperoleh pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja pada sejumlah subyek yang lebih kecil secara lebih mendalam. Dalam tahap ini, kesempatan untuk mengembangkan sikap dan cara belajar untuk belajar (Learning to learn) lebih penting daripada sekedar memperoleh informasi. Peserta didik bukan hanya disiapkan untuk dapat menjawab permasalahan dalam jangka dekat, tetapi untuk mendorong mereka untuk memahami, mengembangkan rasa ingin tahu intelektual, merangsang pikiran kritis serta kemampuan mengambil keputusan secara mandiri, agar dapat menjadi bekal sepanjang hidup. Belajar jenis ini dapat dilakukan melalui kesempatankesempatan berdiskusi, melakukan percobaan-percobaan di laboratorium, menghadiri pertemuan ilmiah serta kegiatan ekstrakurikuler atau berorganisasi.
Belajar Berbuat, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk tidak hanya memperoleh ketrampilan kerja, tetapi juga memperoleh kompentensi untuk menghadapi pelbagai situasi serta kemampuan bekerja dalam tim, berkomunikasi, serta menangani dan menyelesaikan masalah dan perselisihan. Termasuk didalam pengertian ini adalah kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam bersosialisasi
maupun bekerja di luar kurikulum seperti magang kerja, aktivitas pengabdian masyarakat, berorganisasi serta mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dalam konteks lokal maupun nasional, ataupun dikaitkan dengan program belajar seperti praktek kerja lapangan, kuliah kerja nyata atau melakukan penelitian bersama.
Belajar Hidup Bersama, mengembangkan pengertian atas diri orang lain dengan cara mengenali diri sendiri serta menghargai ke-saling-tergantung-an, melaksanakan proyek bersama dan belajar mengatasi konflik dengan semangat menghargai nilai pluralitas, saling-mengerti dan perdamaian. Kesempatan untuk menjalin hubungan antara pendidik dan peserta didik, dorongan dan penyediaan waktu yang cukup untuk
memberi kesempatan bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan budaya, olahraga, serta keterlibatan dalam organisasi sosial maupun profesi diluar kampus.
Belajar menjadi seseorang, mengembangkan kepribadian dan kemampuan untuk bertindak secara mandiri, kritis, penuh pertimbangan serta bertanggung jawab. Dalam hal ini pendidikan tak bisa mengabaikan satu aspek pun dari potensi seseorang seperti ingatan, akal sehat, estetika, kemampuan fisik serta ketrampilan berkomunikasi.
Telah banyak diakui bahwa sistem pendidikan formal saat ini cenderung untuk memberi tekanan pada penguasaan ilmu pengetahuan saja yang akhirnya merusak bentuk belajar yang lain. Kini telah tiba saatnya untuk memikirkan bentuk pendidikan secara menyeluruh, yang dapat menggiring terjadinya perubahan–perubahan kebijakan pendidikan di masa akan datang, dalam kaitan dengan isi maupun metode.
Era globalisasi serta perkembangan teknologi informasi telah menimbulkan perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Batasan wilayah, bahasa dan budaya yang semakin tipis, serta akses informasi yang semakin mudah menyebabkan ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh seseorang menjadi cepat
usang. Persaingan yang semakin tajam akibat globalisasi serta kondisi perekonomian yang mengalami banyak kesulitan, terutama di Indonesia, membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, memiliki jiwa enterpreneur serta kepemimpinan. Pendidikan yang menekankan hanya pada proses transfer ilmu pengetahuan tidak lagi relevan, karena hanya akan menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan masa lampau, tanpa dapat mengadaptasinya dengan kebutuhan masa kini dan masa depan.
1.2 Rumusan Masalah
Dimaksudkan makalah ini dapat dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa dalam memahami hal-hal yang menyangkut tentang metode pembelajaran, khususnya pendekatan dan pemusatan belajar pada peserta didik.Berikut ini adalah beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam diskusi ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Student Center Learning?
2. Apa tujuan dari Student Center Learning?
3. Metode apa saja yang digunakan dalam Student Center Learning?
4. Bagaimana penerapan Student Center Learning?
5. Apakah manfaat Student Center Learning?
1.3 Tujuan Masalah
v Mengetahui ruang lingkup Student Center Learning
v Memahami pentingnya tujuan Student Center Learning
v Mengetahui beberapa jenis metodeStudent Center Learning
v Memahami cara penerapan Student Center Learning
v Mengetahui manfaat dari Student Center Learning
1.4 Manfaat
Didalam pembahasan makalah ini diharapkan kita memahami Student-Centered Learning, yang menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Student Center Learning (SCL)
Student Center Learning (SCL) ialah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Itu berarti bahwa seorang mahasiswa harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan guru/dosen bertugas sebagai fasilisator dalam kegiatan pembelajaran.
Student-centered learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran. Di dalam SCL para peserta didik memiliki dan memanfaatkan peluang dan / atau keleluasaan untuk mengembangkan segenap kapasitas dan kemampuannya (prior knowledge and experience) sebagai pembelajar sepanjang hayat (“ngangsu kawruh”: cipta, karsa, rasa, dan karya), melalui berbagai macam aktivitas.Student Centered Learning (SCL) adalah sebuah sistem pembelajaran yang berpusat pada murid dengan cara, guru memberikan suatu permasalahan yang sesuai dengan materi dan kemudian para murid ditugaskan untuk memecahkan masalah tersebut dengan bantuan berupa tips-tips dari sang guru dan referensi yang ada.
Sistem SCL ini pada awalnya digunakan oleh negara-negara maju untuk membuat para siswa menjadi kreatif sehingga tidak lagi bergantung dengan penyelesaian-penyelesaian masalah yang ada dan siswa akhirnya dapat menemukan cara penyelesaian masalah yang baru dan lebih bagus seperti menemukan rumus-rumus baru, mengemukakan sebuah pernyataan fakta tentang suatu penelitian dan berbagai hal lainnya yang nantinya akan membuat dunia ilmu pengetahuan semakin menigkat dengan pesat. Sistem SCL ini tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat pemberi informasi tetapi siswa lah yang harus mencari sendiri informasi-informasi tentang materi yang mereka pelajari jadi siswa harus aktif dalam mencari informasi dengan sering membaca buku diperpustakaan sering latihan mengerjakan soal-soal dan berperan aktif dalam diskusi-diskusi yang membahas tentang ilmu pengetahuan. Jadi, sistem ini adalah sistem yang sangat luar biasa dan benar-benar akan menciptakan siswa yang berpotensi untuk menjadi ilmuwan “jika penerapannya dilakukan dengan benar”.
Pengertian SCL menurut para ahli:
• Rogers (1983)
SCL merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan dosen sebagai pakar menjadi kekuatan mahasiswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten.
• Kember (1997)
SCL merupakan sebua kutub proses pembelajaran yang menekankan mahasiswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah dosen sebagai agen yang memberikan pengetahuan.
• Harden dan Crosby (2000)
SCL menekankan pada Mahasiswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
2.2 Tujuan Student Center Learning (SCL)
Tujuan SCL yaitu :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Mengembangkan potensi siswa secara optimal
3.Menciptakan gambaran pengetahuan yang bermakna dan saling berhubungan, meningkatkan dan merangsang rasa ingin tahu murid tentang suatu pengetahuan.
Dari tujuan diatas, peran kita sebagai pendidik/guru dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif.
Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam penerapan SCL antara lain :
1.Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3. Memberikan informasi kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan.
4. Memberikan bantuan dan pelayanan pembelajaran kepada siswa yang memerlukan.
5. Memberikan motivasi dan bimbingan melalui pertanyaan-pertanyaan.
6. Membantu siswa menarik kesimpulan.
2.3 Metode Student Center Learning (SCL)
a. Small Group Discussion
Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta para mahasiswa untuk membuat kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat diberikan oleh dosen ataupu bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut.
Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah.
Apa yang akan di dapat oleh mahasiswa, ketika metode ini diterapkan di kelas? Mahasiswa akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang bervariasi.
b. Simulation
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau pemimpin, mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta untuk berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Permainan-permainan simulasi dan lain-lain.
Apa manfaat dari model ini? Simulasi ini dapat mengubah cara pandang (mindset) mahasiswa dengan jalan: mempraktekkan kemampuan umum (dalam komunikasi verbal dan nonverbal), mempraktekkan kemampuan khusus mempraktekkan kemampuan tim, mengembangkan kemamapuan menyelesaikan masalah, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.
c. Discovery Learning (DL)
DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.
Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada mahasiswa untuk memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh melalui internet atau melalui buku, Koran, majalah dan lain sebagainya.
d. Self Directed Learning (SDL)
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan.
Peran dosen dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut.
Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu mhasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Untuk dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
e. Cooperative Learning (CL)
CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam.
Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen.
CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa, rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa, kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan keterampilan sosial mahasiswa.
f. Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.
g. Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau manajerial, entrepreneur, maupun investor.
Contoh: apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya.
h. Project-based Learning (PjBL)
PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati
i. Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah an mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
Pada umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahassiwa dalam PBL/I, yaitu:
a. Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah, dari dosennya.
b. Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan untuk memecahkan masalah
c. Menata data dan mengaitkan data dengan masalah
d. Menganalisis strategi pemecahan masalah.
Sekarang, kita sudah mendapatkan sedikit gambaran mengenai metode-metode pembelajaran dalam SCL, selanjutnya kita dapat mengembangkan ide kita masing-masing untuk dapat menerapkan metode-metode tersebut di dalam kelas perkuliahan yang kita ampu. Tentu saja tidak semua metode-metode tersebut dapat kita terapkan, tergantung juga pada mata kuliah yang kita ajarkan. Namun demikian kita dapat menerapkan metode tersebut sesuai dengan mata kuliah yang kita ajarkan.
Diharapkan juga setelah mencoba menggunakan salah satu metode-metode di atas kita dapat mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat perubahan dalam hal penilaian mahasiswa terhadap dosen, penilaian dosen terhadap mahasiswa, ataupun sikap mahasiswa dalam menerima perkuliahan di kelas.
Jika Bapak/Ibu dosen sudah menerapkan salah satu atau beberapa metode di atas, kemudian mengevaluasi dan mendapatkan suatu kemajuan atau keberhasilan, diharapkan dapat membagikan atau mensharingkan pengalamannya kepada dosen-dosen lain, siapa tahu kita mendapat insight dalam memajukan metode pembelajaran di kelas.
2.4 Penerapan Student Center Learning (SCL)
Penerapan SCL dalam pembelajaran :
1. Kadar SCL dilihat dari proses perencanaan yaitu :
Adanya keterlibatan siswa dalam :
1. Perumusan tujuan pembelajaran
2. Menyusun rancangan pembelajaran
3. Menentukan dan memilih sumber belajar
4. Menentukan dan pengadaan media.
2. Kadar SCL dilihat dari proses pembelajaran yaitu :
1.Adanya keterlibatan siswa secara fisik,mental,emosional dan spiritual dalam proses pembelajaran
2. Siswa belajar secara langsung,
3.Adanya keinginan siswa untuk terciptanya iklim belajar yang kondusif,
4.Prakarsa siswa dalam memecahkan masalah,
5.Terjadi interaksi multi arah.
3. Kadar SCL dilihat dari kegiatan evaluasi yaitu :
1.Adanya self assessment,
2.Kemandirian siswa dalam kegiatan evaluasi,
3.Kemauan siswa dalam menyusun laporan kegiatan belajar.
2.5 Manfaat Student Center Learning (SCL)
Manfaat dilaksanakan SCL adalah:
1. Meningkatkan prestasi serta kemampuan mahasiswa dalam Dasar-dasar Hortikultura.
2. Meningkatkan peran dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam belajar mandiri agar dapat mempelajari hal-hal lain lebih lanjut secara mandiri sehingga mahasiswa menjadi pembelajar seumur hidup (lifelong learners).
4. Meningkatkan soft skill mahasiswa, yang meliputi:
a. Kemauan untuk bekerja keras, tidak sekedar pasif dalam belajar;
b. Kemampuan bekerja mandiri, karena peran dosen hanya sebagai tutor, mahasiswa dituntut belajar mandiri berdasarkan arahan yang diberikan;
c. Kemampuan bekerja dalam tim, karena kerjasama tim sangat menentukan nilai akhir masing-masing individu anggota kelompok;
d. Kemampuan bekerja dalam tekanan;
e. Kemampuan berfikir analitis, dalam praktikum mahasiswa akan membuat analisa-analisa penting dalam membangun perusahaan;
f. Kemampuan mahasiswa berdiskusi secara logis dan bertanggung jawab (memformulasikan pertanyaan yang berkualitas tentang suatu subyek, menjawab pertanyaan menggunakan berbagai metode, mengungkapkan pendapat dan berargumentasi secara logis, kejujuran dalam menilai jawaban atas pertanyaan sendiri maupun pertanyaan kawan, kemampuan untuk menerima dan mengelola perbedaan pendapat);
g. Kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
5. Meningkatkan kemampuan technopreneurship mahasiswa. Hal ini diperoleh dengan praktikum.
Keuntungan dan Kerugian Student Centered Learning (SCl) :
v Keuntungan
ü Karena pembelajaran berpusat pada mahasiswa, sehingga mahasiswa menjadi lebih aktif
ü Mendorong mahasiswa untuk mencari lebih banyak informasi dari berbagai sumber
ü Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
ü Mengenalkan hubungan antara ilmu pengetahuan dengan kehidupan nyata
ü Mengembangkan sifat kreatifitas dan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan beberapa masalah
ü Akan berkembangnya karakter mahasiswa (life-long learning)
ü Kualitas lulusan akan lebih kreatif, inovatif dan selalu memecahkan masalah tidak secara tekstual melainkan secara konstekstual
ü Melatih tanggung jawab kepada para mahasiswa
ü Pemanfaatan teknologi informasi yang efisien dan efektif
ü Mahasiswa akan mempunyai sifat kooperatif, kolaboratif dan suportif
ü Cukup menyenangkan bagi mahasiswa dan tutor dan prosesnya membutuhkan partisipasi seluruh mahasiswa dalam proses pembelajaran
v Kerugian
ü Memerlukan waktu pembelajaran yang lebih lama
ü Tidak sesuai dengan beberapa jenis kurikulum
ü Tidak cocok untuk mahasiswa yang pasif
ü Jumlah pengajar yang diperlukan dalam proses tutorial lebih banyak dari pada sistem konvensional
ü Banyak mahasiswa yang ingin mengakses perpustakaan dan komputer dalam waktu bersama
ü Sulit diimplementasikan pada kelas besar
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas dan kreatifitas siswa.
3.2 Saran
Diharapkan agar peserta didik mampu menguasai dan memahami penerapan metode pembelajaran Student Center Learning (SCL) dan menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan peserta didik tidak terpaku pada pendidik agar kemampuannya lebih berkembang dalam hal dan tujuan yang bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara agar menjadi penerus bangsa yang berpendidikan baik dan berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas
Hamalik, O. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana, N. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Lembaga Penelitian IKIP Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar