Pages

Subscribe:

Rabu, 05 Maret 2014

MAKALAH JENIS PERBEDAAN INDIVIDU



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada allah, tuhan yang maha esa. Berkat limpahan karunia_Nya. Kami dapat menyeleaikan makalah ini tugas pesdik “ peserta didik “. Makalah ini terdiri Dari kata pengantar, latar belakanga, daftar isi, judul, dan pembahasan.
Di zaman modern ini penuh dengan persaingan , baik persaingan local, nasional dan global persaingan dalam segala hal tidak bias di hindari. Oleh karena itu, kita harus membekali diri untuk menghadapi persaingan tersebut bekal ilmu pengetahuan dan teknologi saja tidak cukup karena dalam era global sekarang ini system kerja tidak hanya mengandalkan individu, tetapi juga jaringan kerja sama dengan pihak lain. Oleh karena itu. Kemampuan berkomunikasi sanagt dibutuhkan.
Makalah ini dibuat oleh kelompok4 yang bersumber dari buku cetak dan internet dan media lainnya.
Terakhir, ucapkan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini. Selain itu, kami pun mengucapkn terima kasih kepada para penulis yang tulisannya kami kutip sebagai bahan untuk pembuatan makalah. Kami berharap makalah ini dapat bermanfat dan membantu kita lebih kompeten dalam berkomunikasi dan memberikan konstribusi  pada peningkatan kualitas peembelajaran darri makalh ini .



Cirebon, maret 2012

                                                                             Penyusun


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................         i
DAFTAR ISI........................................................................................        ii
BAB    I.
          PENDAHULUAN.....................................................................       1.1     
          MAKSUD & TUJUAN.............................................................       1.2
BAB   II.
          Rumusan Masalah.....................................................................       1.3
BAB   III.    Pembahasan materi.........................................................        2
                   Perbedaan individual peserta didik.................................        2.1
                   Jenis – jenis Perbedaan individual..................................        2.2
                   Perbedaan individu dan implikasi dalam pembelajaran..        2.3
BAB   IV.     Saran & Kritik................................................................        2.4
                   Daftar Pustaka.................................................................        2.5








ii
BAB  I

PENDAHULUAN
1.     Latar belakang
Konsep dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami jenis dan karakteristik perbedaan dari setiap masing - masing individu. Adapun misi dan misinya adalah :
1.     Memahami karakteristik tengtang jenis – jenis perbedaan individu
2.     Menjelaskan lebih terperinci mengenai jenis perbedan individu













1.1
MAKSUD & TUJUAN
Maksud disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah pesdik.
Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
·        Menjelaskan jenis perbedaan individu
·        Mengenal dan menjelaskan karakteristik individu


















1.2
BAB  II
A.    Rumusan Masalah:
      Di dalam setiap kehidupan bermasyarakat memiliki perbedaan inidvidu, setiap manusia memiliki karakteristik masing –masing. Dalam perbedaan individu ini terlihat dari karakteristik yang dimilikinya seperti halnya :  Perbedaan individu, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat, pperbedaan kesiapan belajar. Dll.
      Demikian juga dalam perbedaan individu sangat berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Itu semua di tunjukan pada karakteristik individu.














1.3

BAB III

Perbedaan Individual Peserta Didik


A.  Pengertian Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang . Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia sebagai mahluk yang berpikir atau homo sapiens, mahluk yang berbuat atau homo faber, mahluk yang dapat dididik atau homo educandum dan seterusnya.
Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa saja yang terjadi diluar dirinya. Ia sudah senang bila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi. Dalam perkembangan selanjutnya maka ia akan mulai mengenal lingkungannya, membutuhkan alat komunikasi (bahasa), membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak tersebut semakin banyak kebutuhan non fisik atau psikologis yang dibutuhkannya.
 B.  Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Sementara karakteristik yang dipengaruhi lingkungan adalah karakteristik yang banyak dipengaruhi dengan keadaan masyarakat sekitar atau faktor-faktor eksternal dirinya.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.

C.  Perbedaan Individu Peserta Didik
Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Dari pembahasan yang berhubungan dengan  individu terdapat dua fakta yang menonjol yaitu :
  1. Semua dari manusia mempunyai kesamaan dalam pola perkembangannya.
  2. Warisan manusia secara biologis dan sosial tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbeda.
Garry 1963 dalam buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
  1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
  2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
  3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
  4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
  5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
                                                              

Jenis perbedaan lainnya meliputi
1.Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya
2.Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara)
3.Perbedaan kecakapan motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.

4.Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan
5 .Perbedaan bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.

6.Perbedaan kesiapan belajar
Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
                                                          
Perbedaan Individu peserta didik juga dapat dikategorikan menurut jenjang usia secara lebih spesifik, antara lain :
Perbedaan Individu anak usia SD
a. Perbedaan pada perkembangan fisik
Untuk melihat perbedaan pada perkembangan fisik anak se-usia SD dapat dilihat dengan jelas saat mereka berdiri bersama, terlihat ada yang tinggi, rendah, kurus, dan gemuk. Menurut Tanner (1973:35) pertumbuhan rata-rata anak usia 7 tahun tidak jauh berbeda dengan anak usia 9 tahun. Selain perbedaan yang terlihat jelas karena perkembangan fisik, ada juga faktor lain yang mempengaruhi perbedaan individu setiap anak yaitu faktor lingkungan, kesehatan anak, dan keluarga.
Dalam sebuah studi penelitian menjelaskan bahwa apabila siswa laki-laki dan perempuan di kelas 3, 4, 5 SD diberi pendidikan jasmani yang sama, maka beberapa hal anak perempuan berhasil lebih baik daripada anak laki-laki. Beberapa hal tersebut adalah bisa berjalan cepat dan meloncat jauh (E.G Hall & Lee, 1984).
Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik harus menyadari perbedaan-perbedaan pada aspek fisik pada setiap peserta didiknya.



b. Perbedaan pada perkembangan intelektual
Seperti halnya perbedaan pada perkembangan fisik anak, pada tahap operasi konkret menurut Piaget, naka-anak dapat berpikir logis tentang suatu hal. Walaupun demikian, kadar dan cara anak untuk berpikir logis terhadap sesuatau akan ada perbedaan. Perbedaan yang ada tersebut disebabkan juga oleh berbagai faktor. Seorang pendidk yang mengajar di kelas 1 SD dengan hanya ceramah (verbalisme) dalam menerangkan konsep pertambahan pada matematika, tidak akan membuat siswa berkembang secara maksimal. Lain halnya dengan jika guru tersebut menggunakan secara maksimal. Lain halnya dengan jika guru tersebut menggunakan berbagai benda konkret sebagai media untuk menyampaikan materi, akan membuat anak lebih cepat mengerti
c. Perbedaan pada perkembangan moral
Perbedaan yang dapat terjadi pada aspek perkembangan moral pada individu banyak tergantung dari lingkungan bukan bawaan lahir. Terdapat 2 pandangan ahli tentang perbedaan pada perkembangan moral.
         Piaget dan Tahapan Moral
Menurut Piaget, konsepsi anak mengenai moralitas berkembang pada dua tahap utama yang sejajar dengan tahap pra-operasional. Terdapat dua tahapan yaitu;
a      Tahap pertama, hambatan moralitas (heteronomous morality), bercirikan kekakuan, penyesuaian yang sederhana.
b      Tahap kedua, moralitas kerjasama (autonomous morality), bercirikan moral yang fleksibel.






Perbedaan Perkembangan Moral pada Anak
Tahapan
Perkiraan Usia
Perkembangan
0
4-6 tahun
Anak berpendapat bahwa pandangan dia hanya satu-satunya kemungkinan
1
6-8 tahun
Anak sadar bahwa orang lain mengintregasikan suatu situasi dengan cara yang berbeda dengan interprestasi mereka sendiri
2
8-10 tahun
Anak mempunyai kepedulian yang bertolak belakang menyadari bahwa orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dan orang lain peduli bahwa dia memiliki pandangan tertentu. Anak mengerti bahwa membiarkan orang lain tahu bahwa permohonannya tidak dapat dilupakan
3
10-12 tahun
Anak dapat membayangkan bahwa perspektif orang ketiga perlu diperhitungkan
4
Remaja
Orang-orang sadar bahwa komunikasi dan pengambilan peranan tidak selalu dapat menyelesaikan masalah untuk mengatasi nilai lawan-lawannya.
Tabel di atas membahas tentang perbedaan yang timbul pada aspek perkembangan moral yang diajukan oleh Piaget, namun Kohlberg memiliki pandangan lain.



Perbedaan Individu Orang Dewasa
1.      Perbedaan Dalam Minat
Orang dewasa memiliki banyak minat yang berbeda dan dibagi dalam tiga kategori, antara lain :
a) Minat Pribadi
Minat pribadi orang dewasa selalu menyangkut kehidupan seseorang tertentu.
v  Penampilan
Penampilan sangat penting terutama untuk laki-laki dan wanita dewasa karena dalam interaksi sosial penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Salah satu contohnya adalah kemudahan dalam berteman.
v  Pakaian dan Perhiasan
Perhatian terhadap pakaian dan perhiasan tetap berperan kuat dalam masa dewasa. Orang dewasa sangat sadar bahwa keberhasilan dalam hubungan sosial dan berbagai bidang kegiatan banyak dipengaruhi oleh penampilan pakaian dan perhiasannya. Disepakati oleh para ahli bahwa pakaian dan perhiasan juga punya makna sebagai simbol status. Pakaian dan perhiasan seseorang menentukan tinggi rendahnhya status seseorang dalam kelompoknya, bahkan dapat menjadi penentu tingkat kelas sosial ekonomi orang yang bersangkutan.
v  Uang
Orang dewasa lebih tertarik pada uang karena uang dapat memenuhi kebutuhannya. Orang dewasa sangat berminat untuk mempelajari bagaimana cara mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun keluarga. Mereka berminat memperhatikan dan mempelah=jari anggaran rumah tangga atau berminat mengelola pendapatan atau pengeluaran keluarga.

v  Agama
Orang dewasa umunya menaruh cukup perhatian terhadap agama. Orang tua sering merasa bahwa mengajarkan dasar-dasar agama yang dianut kepada anak-anak merupakan tanggung jawab moral sebagai orang tu

b) Minat Rekreasional
Istilah rekreasi diartikan sebagai kegiatan yang memberikan kesegaran atau mengembalikan kekuatan dan kesegaran psikologis
sesudah lelah bekerja atau sesudah mengalami keresahan psikologis. Fungsi rekreasi sama dengan fungsi bermain pada masa kanak-kanak. Meskipun demikian rekreasi orang dewasa lain dari permainan kanak-kanak maupun remaja. Kegiatan rekreasi orang dewasa lebih berorientasi pada keluarga atau lingkungan tetangga dan sangat berbeda dengan rekreasi remaja
c) Minat Sosial
Beberapa faktor yang mempengaruhi minat dan aktivitas sosial orang dewasa adalah sebagai berikut :
  1. Mobilitas sosial
  2. Status sosial ekonomi
  3. Lamanya tinggal dalam suatu kelompok masyarakat
  4. Kelas sosial
  5. Lingkungan
  6. Jenis kelamin
  7. Umur kematangan seksual
  8. Urutan kelahiran
  9. Keangotaan dari tempat ibadah
  10. Kepribadian
Kepribadian orang dewasa disini mengacu pada kualitas total perilaku orang dewasa yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Ciri-ciri kepribadian orang dewasa yang tampak dalam interaksinya dalam lingkungan antara lain
  1. Karakter yang mengacu pada konsekuen tidaknya dalam melakukan aturan etika perilaku, atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, atau konsisten tidaknya tindakan dalam menghadapi situasi lingkungan yang serupa atau berbeda.
  2. Temperamen yang mengacu pada cepat atau lambatnya mereaksi terhadap rangsangan yang datang dar lingkungan.
  3. Sikap,
  4. Stabilitas emosional
  5. Tanggung jawab
  6. Sosiabilitas.
Secara implisit dari penjelasan terdahulu telah dikatakan bahwa kepribadian itu dipengaruhi oleh faktor hereditas dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya antara lain melalui proses belajar
2. Kecakapan
Kecakapan orang dewasa yang satu dengan yang lain berbeda. Orang dewasa yang tampak dapat bertindak secara cepat, tepat, dan dengan mudah lazim disebut orang cakap. Dalam isitlah psikologi orang tersebut disebut sebagai orang yang berperilaku inteligen.
Jenis-jenis Perbedaan individual
Perbedaan individual menyangkut dengan berbagai aspek yang masing-masing memilki ciri-ciri tertentu;
  1. Kecerdasan, siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi;
  2. Bakat (aptitude), bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat itu perlu diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu mereka mulai bersekolah. Bakat turut menentukan perbedaan hasil belajar, sikap, minat, dan lain-lain;
  3. Keadaan Jasmani, keadaan jasmani tiap siswa berbeda-beda. Perbedaan itu terdapat pada struktur badan (tinggi, berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan pada penglihatan, sakit menahun, mudah pusing kepala, dan lain-lain), gangguan penyakit tertentu. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, kurang berminat melakukan berbagai kegiatan, dan akan mempengaruhi hasil belajar;
  4. Penyesuaian Sosial dan Emosional, keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah pendiam, pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama, suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, sedang menggatungkan diri kepada orang lain. Tingkah laku sosial dan emosional ini dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sekitarnya. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar siswa;
  5. Keadaan Keluarga, keadaan keluarga besar pengaruhnya terhadap individu, dan oleh karenanya terjadi perbedaan individual yang dilaterbelakangi perbedaan keadaan keluarga. Pengaruhnya terjadi pada perbedaan dalam hal-hal pengalaman sikap, apresiasi, minat, sikap ekonomis, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara, hubungan kerjasama, pola pikir, dan lain-lain. Perbedaan dalam hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku dan perubahan belajar sekolah;
  6. Prestasi Belajar, perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh faktor-faktor kematangan, latar belakang pribadi, sikap dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan, dan sebagainya.
                                                                                                        


2.2

PERBEDAAN INDIVIDU DAN IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN
Menurut para ilmuwan, dewasa ini manusia  menggunakan 10 persen dari kemampuan otaknya. Dari 10 persen itu sebagian besar hanya mengoptimalkan belahan otak kiri (Stanford Research Institute).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah:
1)    Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh. Sekalipun menerima latihan dan pelajaran yang  sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2)    Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ(fisik maupun non fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk mengenai soalitu dan kematangan erat hubungannya dengan umur.
3)    Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar)
4)    Minat dan pembawaan yang khas, Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan – dorongan(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
5)    Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas dalam memilih masalah sesuati dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa  minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam pembentukan intelegensi. (Dalyono, 2007.)

Sosial  Ekonomi
Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Holistik (Humanisme)
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan (goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan (goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:

  1. kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan
  2. kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
  3. kebutuhan kasih sayang atau penerimaan
  4. kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
  5. kebutuhan aktualisasi diri.

Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidakbidak di dalam papan catur kebudayaan. Individu adalah creator dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”
yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi yang saling menguntungkan. Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan
akan dapat berkembang melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang kreatif tersebut. Namun apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta didik.
Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia.
Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum behavioris dan psikoanalisis Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya.
Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia. Begitu pula psikolog aliran psikoanalis menganggap perilaku manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini ditentukan antara lain oleh kebudayaan di mana pribadi itu hidup. John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut.
a. Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari untuk belajar.
b. Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi, yang terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
c. Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai dalam kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap perilaku-perilaku yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat budaya tertentu.
d. Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu melalui proses belajar. Apabila analisis Gillin di atas kita cermati, tampak betapa peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian manusia, maka pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan kepribadian juga akan tampak dengan jelas. Terutama bagi para pakar aliran behaviorisme, melihat adanya suatu rangsangan kebudayaan terhadap pengembangan kepribadian manusia. Pada dasarnya pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian tersebut sebagaimana dikutip Tilaar (1999) dapat dilukiskan sebagai berikut.
a. Kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang telah kita lihat kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. Tentunya dinamika tersebut bukanlah suatu dinamika yang otomatis tetapi yang muncul dari aktor dan manipulator dari interaksi tersebut ialah manusia.
b. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangan untuk mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan tersebut tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi dalam suatu masyarakat manusia yang berbudaya.
c. Dalam perkembangan kepribadian salah satu faktor penting ialah imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat diperolehnya secara langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa imajinasi tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal ini berarti apabila seseorang hidup terasing seorang diri dari nol di dalam perkembangan kepribadiannya. Bayangkan bagaimana kehidupan kebudayaan manusia apabila setiap kali harus dimulai dari nol.
d. Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup dalam masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Tentunya manusia itu dapat saja menentang tujuan hidup yang ada di dalam masyarakatnya, namun demikian itu berarti seseorang akan melawan arus di dalam perkembangan hidupnya. Yang paling efisien adalah dia secara harmonis mencari keseimbangan antara tujuan hidupnya dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.
e. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang itu dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu yang dekat maupun tujuan dalam waktu yang panjang. Baik waktu yang dekat maupun tujuan dalam jangka waktu yang panjang, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup di dalam suatu masyarakat.
f. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam pengembangan kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning is agoal teaching behavior.
g. Dalam psikoanalisis juga dikemukakan mengenai peranan super-ego dalam perkembangan  kepribadian. Super-ego tersebut tidak lain adalah dunia masa depan yang ideal. Dan seperti yang telah diuraikan, dunia masa depan yang ideal merupakan kemampuan imajinasi yang dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai budaya yang hidup di dalam suatu masyarakat.
h. Kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia. Bersama-sama dengan ego, beserta ide, keduanya merupakan energi yang ada di dalam diri pribadi seseorang. Energi tersebut perlu dicarikan keseimbangan dengan kondisi yang ada serta dorongan super-ego diarahkan oleh nilai-nilai budaya.Dengan kata lain di dalam pengembangan ide, ego, dan super-ego dari kepribadian seseorang berarti mencari keseimbangan antara energi di dalam diri pribadi dengan pola-pola kebudayaan yang ada.
                                                                                                        



















2.3
SARAN & KRITIK
       Kita sebagai sosial mahluk sosial mengetahui karakteritik kita sendiri, karena setiap manusia memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda – beda. Sehingga kita mampu mengenal kepribadian diri kita sendiri.


















2.4
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.
Depoter, Bobbi & Mike Hernachi 1999, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bandung
Hartono S., 1999. Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta,  Jakarta
Makmun.S.A. 2003. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung
Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Semiawan C, 1977. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Grasindo  Jakarta
Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan. Raja  Grafindo Persada. Jakarta.
Utami Munandar. U, 1999, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta Jakarta
Sumantri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2008. Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Universitas Terbuka.


0 komentar:

Posting Komentar