BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan jaman sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan manusia. Pengaruh arus globalisasi dan semakin majunya dunia teknologi informasi telah menciptakan kebutuhan baru bagi masyarakat terhadap komunikasi tanpa batas. Salah satu produk yang dapat memenuhi kebutuhan komunikasi tanpa batas ini adalah telepon genggam.
Saat ini penggunaan telepon genggam tidak hanya dirasakan oleh kalangan pengusaha,pejabat atau eksekutif saja,tetapi sudah meluas dari mahasiswa sampai anak-anak sekolah dasar, bahkan taman kanak-kanak. Telepon genggam telah dianggap bukan barang mahal lagi tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hati, sehingga banyak tersedia dan mudah memperolehnya.
Pada masa remaja kebutuhan akan adanya kemantapan harga diri sangat dirasakan oleh para remaja. Hal ini di sebabkan karena problem yang dihadapi oleh remaja sangat kompleks sehingga remaja mulai menambah dunia pengalamannya melalui pergaulan dalam peergroup. Sebenarnya pada masa ini, remaja sedang menjajaki rasa harga diri, pencarian identitas diri dan memantapkan rasa harga dirinya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana ciri-ciri remaja pada umumnya yang sedang mengalami masalah?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masalah yang dihadapi oleh para remaja?
3. Bagaimana membentuk remaja berkualitas dan berkuantitas?
4. Bagaimana solusi terbaik yang dapat diberikan kepada para remaja yang memiliki masalah-masalah tersebut?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan karakteristik para remaja pada umumnya yang sedang labil.
2. Mendeskripsikan factor pendukung yang menyebabkan masalah itu timbul.
3. Mendeskripsikan peran dari para remaja dari aspek kualitas dan kuantitas.
4. Mendeskripsikan solusi-solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan remaja
1.4 MANFAAT PENULISAN
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat unuk membentuk para remaja sebagai generasi muda penerus bangsa dapat membentuk kepribadian yang mempunyai kualitas dan kuanitas yang dapat diterapkan untuk dirinya sendiri dan kehidupan sosial (masyarakat)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Emosi
Merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus) dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Tanda-tanda Kejasmanian tersebut adalah:
v Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang di alaminya.
v Modulation adalah keadaan seseorang dimana orang tidak dapat merendam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja.
v Simulation adalah keadaan seseorang dimana orang tidak mengalami sesuatu emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala kejasmaniannya.
Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Sifat dan intensitas Emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) dan konatif (psikomotorik) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi.
Tahap-tahap Perkembangan Emosi Anak, di antaranya sebagai berikut:
1. Pola Perkembangan Emosi AnakTaman Kanak-kanak
Emosi sangat memainkan peranan penting dalam kehidupan, meskipun demikian sangat sukar mempelajari perkembangan emosi anak, karena informasi tentang aspek emosi yang subyektif hanaya dapat diperoleh.
2. Faktor yang Mempengaruhi Emosi
“Hasil dari berbagai situasi menunjukkan bahwa perkembangan emosi anak bergantung sekaligus pada faktor maturasi an faktor belajar” (Sunarti, 2001: 8). Maturasi dan belajar berjalin erat.
3. Emosi Anak TK
Emosi anak TK berbeda dengan emosi dengan anak yang lebih tua atau orang dewasa karena adanya faktr maturasi dan belajar.
4. Bayi Cerdas Dibentuk Sejak dalam Kandungan
Punya anak yang cerdas sudah menjadi cita-cita orang tua, namun jalan yang ditempuh kadang-kadang salah. Mereka beranggapan bahwa sekolahlah yang menyebabkan seseorang cerdas atau tidak.
5. Musik Bikin Bayi Cerdas?
Musik tidak cuma merupakan materi hiburan yang memanjakan telinga. Alunan suara yang berirama ini bisa dimanfaatkan untuk merangsang janin agar kelak menjadi anak cerdas.
Secara umum Semiawan (2002: 11) membagi perkembangan anak dalam berbagai tahap, dalam uraiannya dikatakana bahwa :
Kemampuan untuk berkembang tahap demi tahap seperti : 1) fase sensoris motor berkembang pada usia 0 – 2 tahun. Fase ini berkembang sensoris motor terdiri dari motorik kasar dan motorik halus/panca indera harus berkembang dengan sempurna. Sentuhan kasih sayang orang tua sangat bermakna pada fase ini. 2) fase prekonkrit operasional (usia 3 – 6). Pada fase ini perkembangan bahsa anak sangat pesat. 3) fase konkrit operasional berkembang pada usia 6/7 tahun s/d 11/12 tahuhn. Pada fase ini rasa ingin tahu anak besar sekali. Anak akan sangat mudah memahami jika diberikan data yang nyata kegiatan proses berfikir mulai nyata. 4) fase berfikir abstrak (usia 12 tahun ke atas). Pada fase anak telah berhasil menyelesaikan hal-hal yang abstrak seperti penerapan rumus, simbol, dan lain-lain.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa terdapat fase-fase perkembangan kemampuan anak. Pada setiap fase kesemuanya proses kesinambuangan yang saling berhubungan dan menentukan fase-fase berikutnya. Proses belajar yang berbeda, juga pengaruh gen yang dibawah menyebabkan adanya perbedaan tiap individu dalam kontesk kemampuannya. Hal ini menyebabkan adanya anak yang kecenderungan emosional dan tidak emosional (Kohlberg, 1995: 77).
Ketika bayi baru lahir, kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada. “Gejala pertamanya ialah keterangan umum yang berlebih-lebihan dan tercermin pada aktivitas bayi” (Rosjidan.1996: 39). Meskipun deemikian, pada saat lahir bayi sudah tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dinyatakan sebagai keadaan emosi yang spesifik.
Sebelum melewati masa neonate, keterangan umum pada bayi yang baru lahir dapat dibedakan menjadi reaksi yang sederhana yang mengesankan tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Reaksi yang tidak menyenangkan dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi secara tiba-tiba, sekoyong-koyong membuat suara keras, merintangi gerakan bayi, membiarkan bayi tetap mengenakan popok yang basah, dan menempelkan sesuatu yang dingin pada kulitnya. Rangsangan semacam itu menyebabkan timbuilnya tangisan dan aktivitas besar. Sebaliknya, reaksi yang menyenangkan tampak jelas takkala bayi menetek. Reaksi semacam itu juga dapat diperoleh dengan cara mengayun-ngayunnya, menepuk-nepuknya, memberikannya kehangatan, dan memopongnya dengan mesra. Rasa senang pada bayi dapat dilihat dari reaksi yang menyeluruh pada tubuhnya, dan dari suara yang menyenangkan berupa mendekut.
Seiring dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi kurang menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan. Sebagai contoh, anak yang lebih muda memperlihatkan ketidaksenangan semata-mata hanya dengan menjerit dan menangis. Kemudian reaksi mereka semakin bertambah yang meliputi; perlawanan, melemparkan benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, berbunyi, dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya umur anak, maka reaksi yang berwujud bahasa meningkat sedangkan reaksi gerakan otot berkurang (Pratidarmanastiti, 1991: 66).
Meskipun pola perkembangan emosi dapat diramalkan, tetapi variasi dalam segi frekuensi, intensitas serta jangka waktu dari berbagai macam emosi dan juga usia pemunculannya. Variasi sudah mulai terlihat sebelum bayi berakhir dan semakin sering terjadi dan lebih menyolok dengan meningkatnya usia anak (Budiningsih, 1984: 33).
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara jelas lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, meskipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Variasi disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan, taraf kemampuan intelektualnya serta kondisi lingkungan. Anak yang cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Demikian juga anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang pandai. (Masri, 1974: 66)
2.2 Pengertian Perasaan
Merupakan suatu keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya atau yang di persepsinya. Ada beberapa sifat tertentu yang ada pada dirinya, yaitu:
v Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan reaksi terhadap stimulasi yang mengenainya
v Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif apabila dibandingkan dengan peristiwa psikis yang lain.
v Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang sekalipun tingkatannya berbeda-beda.
Ada Tiga Golongan Perasaan, yaitu:
I. Perasaan Presens adalah perasaan yang timbul dalam keadan yang sekarang nyata dihadapi, yaitu berhubungan dengan situasi actual
II. Perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkaun kedepan yaitu perasaan dalam kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan
III. Perasaan yang berkaitan dengan waktu yang telah lampau yaitu perasaan yang timbul dengan melihat kejadian-kejadian yang telah lalu. Misal orang merasa sedih karena teringat waktu masih keadaan jaya
Perasaan Psikis atau Kejiwaan:
a. Perasaan intelektual yaitu perasaan yang timbul apabila orang dapat memecahkan sesuatu soal atau mendapatkan hal-hal baru sebagai hasil kerja dari segi intelaktualnya. Perasaan ini juga merupakan pendorong atau motivasi individu dalam berbuat dan merupakan motivasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.
b. Perasaan kesusilaan yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan.
c. Perasaan keindahan atau estetika yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami sesuatu yang indah atau yang tidak indah
d. Perasaan kemasyarakatan atau perasaan sosial yaitu perasaan yang timbul dalam hubungannya dengan interaksi sosial, yaitu hubungan individu yang satu dengan individu yang lain.
e. Perasaan harga diri, perasaan harga diri ini dapat positif yaitu apabila individu dapat menghargai dirinya sendiri secara baik, tetapi sebaliknya perasaan harga diri ini dapat negatif yaitu apabila seseorang tidak dapat menghargai dirinya secara baik.
f. Perasaan ketuhanan, perasaan ini timbul menyertai kepercayaan kepada tuhan yang mempunyai sifat-sifat serba sempurna. Perasaan ini merupakan perasaan tertinggi atau terdalam perbuatan manusia yang luhur, yang suci bersumber pada perasaan ketuhanan ini. Dengan perasaan ketuhanan segala sesuatu akan tertuju kepadanya.
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan berbagai tuntutan psikologis yang muncul di tahap remaja, berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi pendidik.
· Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Dewi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Dewi yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Dewi akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Dewi tidak memiliki teman, dan sebagainya.
· Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga dilakukan remaja terhadap orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’, guru misalnya.
· Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja tersebut.
· Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
· Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “aku” ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’ untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri sebagai idola bagi para remaja tersebut.
Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
v Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
v Emosinya tidak stabil
v Perkembangan Seksual sangat menonjol
v Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
v Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
v Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
v Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
v Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
v Memperhatikan penampilan
v Sikapnya tidak menentu/plin-plan
v Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
. c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
v Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
v Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
v perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
v mulai menyadari akan realitas
v sikapnya mulai jelas tentang hidup
v mulai nampak bakat dan minatnya
Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra produktif dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian, diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.
2.3 Pengertian Motivasi
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Tidak bisa dipungkiri setiap tindakan yanng dilakukan untuk manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat).
Motivasi Belajar Anak Remaja. Pada dasarnya masa remajamerupakan masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Usia remaja sangat rentan dengan keadaan lingkungan dan pergaulan.
Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan jaman dan tehnologi. Perkembangan teknologi tidak berarah ke perubahan yang positif malah menjadikan remaja menuju ke hal-hal yang negatif yang membentuk pribadi dan motivasi belajar yang kurang baik bagi remaja.
Fungsi Motivasi Belajar Anak Remaja
Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil-hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu hal itu kadang-kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi belajar anak itu rendah umumnya diasumsikan bahwa prestasisiswa yang bersangkutan akan rendah.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses belajar perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi belajar dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan.
Peran Motivasi Belajar Siswa
Peran motivasi dalam proses belajar, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin, motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar anak.
Adapun fungsi dari motivasi dalam belajar diantaranya :
- Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
- Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi belajar mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai berikut :
- Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar anak.
- Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri anak.
- Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memeliharan motivasi belajar ana.
- Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
- Penggunaan asas motivasi belajar merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PERKEMBANGAN PSIKIS EMOSI, MOTIVASI, PERASAAN PADA MASA REMAJA.
Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor dan perkembangan psikis emosi, motivasi, perasaan pada masa remaja juga tak lepas dari berbagai macam pihak yang juga ikut andil dan berpengaruh dalam perkembangan para renaja. Emosi, motivasi, perasaan adalah komponen yang ada pada remaja yang membentuk jiwa, karakter pribadi seseorang remaja pada umumnya. Masa remaja adalah masa transisi dimana dalam fase ini remaja sedang hangat-hangatnya ingin serba tahu dan memang ingin tahu apa dan siapa mereka. Bagaimana mereka, jati diri mereka. Remaja pada umumnya di zaman sekarang (modern) lebih bersifat kritis dan fokus terhadap masalah-masalah yang dihadapinya. Salah satu faktornya adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berikut adalah masalah-masalah yang dihadapi para remaja :
- Kenakaln remaja
- Pergaulan bebas
- Faktor lingkungan yang buruk
- Rendahnya minat belajar yang pada umumnya terjadi di usia remaja yang berimbas pada rendahnya prestasi siswa.
- Keingintahuan yang begitu tinggi (pencarian jati diri)
- Beban mental (Intern dan Ekstern)
- Gangguan psikologi
B. SARAN
Perkembangan psikis emosi, motivasi, perasaan pada masa remaja memang banyak berpengaruh dan membentuk sifat diri pribadi seseorang. Remaja adalah masa transisi pencarian jati diri juga diartikan masa-masa labil. Entah dari segi emosi, motivasi, dan perasaan pada masa remaja. Salah satu cara yang harus dilakukan untuk memonitor atau mengawasi mereka adalah dengan cara yang sederhana. Memberi perhatian dan kepedulian terhadap apapun masalah yang sedang ada dan dialami mereka. Dan keterbukaan antar orang tua dan remaja itu sendiri sangat dibutuhkan dan penting dalam menjaga hubungan baik anak dan orang tua. Ketidakotoriteran orang itu sendiri adalah hal yang cukup penting untuk membuat kestabilan emosi, motivasi, dan perasaan para remaja itu sendiri.
Remaja adalah generasi muda penerus bangsa yang sangat berperan dan berpengaruh besar untuk kemajuan negeri kita tercinta ini di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Beck Aaron T., Cognitive Therapy and the Emotional Disorders. New York:
New American Library, 1976.
Brokaw, Tom. The Greatest Generation. New York: Random House, 1999.
Clay, R A. (2010). More than one away to measure. Monitor on Psychology, 41, 8.
Davison, G.C. & Neale, J.M. (1978). Abnormal Psychology : An Experimental
Approach (2ed. New York: John Wiley & Sons.
George, R.L. & Christiani, T.S. (1981). Theory, methods, and process of counseling
and psychotherapy. New Jersey: Prentice Hall.
Holmes, P. & Karp, M. (1991). Psychodrama: inspiration and technique. New York:
Routledge.
Jung, J. (1978). Understanding Human Motivation: A Cognitive Approach.
Macmillan, New York.
0 komentar:
Posting Komentar