Analisis dan Bukan Analisa
Written by Ari Julianto
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Dalam penulisan sebuah karya tulis ilmiah, penggunaan kata serapan dari bahasa asing sangat dominan. Kata-kata yang sering muncul kebanyakan diambil dari sejumlah kata sains dari bahasa asing.
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2000), berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
1. Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’axplanation de l’homme. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
2. Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Unsur kedua seringkali menjadi bahan perdebatan oleh sejumlah guru ataupun dosen. Sejumlah kata serapan yang kerap dipermasalahkan antara lain:
- Analisa vs Analisis
- Hipotesa vs Hipotesis
- Diagnosa vs Diagnosis
Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata berafiks yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping kata standar,implemen, dan objek.
Ketiga kata di atas merupakan kata-kata pinjaman dari Bahasa Eropa yakni Inggris dan Belanda.
Menurut Sneddon (2003) Bahasa Indonesia memiliki sebanyak 6100 kata pinjaman dari Bahasa Eropa sebagaimana dipaparkannya sebagai berikut:
A study of borrowings into Indonesian from European languages published in 1983 identified 6100 borrowings, apparently confined to items accepted into Standard Indonesian and entering the language by the late 1970s, as identified in dictionaries and Pusat Bahasa publications.34 Of these, 5400 are claimed to be from Dutch and only 670 from English. The number of Dutch words is impressive, although many of them are restricted to use by small numbers of educated people or occur only in specialist registers.
Dijelaskannya, dari 6100 kata sebanyak 5400 kata merupakan serapan atau pinjaman dari Bahasa Belanda. Artinya, peran Bahasa Belanda cukup besar dalam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Permasalahan kata Analisa vs Analisis, Hipotesa vs Hipotesis dan Diagnosa vs Diagnosis sebenarnya dapat diatasi dengan mengulas sejumlah referensi resmi Bahasa Indonesia dan sejumlah literatur terkait lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001)
analisis ana.li.sis [n] (1) penelitian suatu peristiwa atau kejadian(karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); (2) Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan; (3) Kim penyelidikan kimia dng menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dsb; (4) penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya.
Menurut Tesaurus Bahasa Indonesia (2008)
analisis n 1 pengurangan, penjabaran; 2 kajian,kupasan, penyelidikan, studi, telaah,tilikan, ulasan, uraian;
menganalisis v membedah, menasyrihkan,menelaah, mengkaji, mengupas, menguraikan, menilik, menjabarkan, menyelidiki, menyelisik, menyidik, menyigi(ki); penganalisis n pemeriksa, peneliti, pengkaji,penilai, penyelidik, penyidik analitis a investigatif, logis, mendalam, sistematis, subtil, tajam, tersusun.
hipotesis n andaian, anggapan, asumsi, dugaan, postulat, premis, presumsi, proposisi, spekulasi,
teori, tesis, usul.
diagnosis n analisis, pemeriksaan, penelitian, penentuan
Menurut Jones (2007)
analisis [analysis] < Eng analysis (< Gk) (var. analisa)
analitik ? analitis
analitikal [analytical] < Eng analytical (f Gk)
analitis [analytic] < Du analytisch (var. analitik)
Menurut Partridge (2006)
Gr analuein, to unloose (cf the prefix ana-, on, up), hence to resolve into elements,has derivative n analusis, ML analysis, E analysis; its adj analutikos becomes LL analyticus, EF-F analytique and E analytic. ML analysis becomes EF-F analyse, whence the EF-F v analyser, whence ‘to analyse, -lyze’; whence also the late EF-F analyste, E analyst.
Gr hupotithenai has also the n hupothesis, a supposition, a foundation for argument, with adj hupothetikos: LL hypothesis, hypotheticus: perh via EF-F hypothèse and MF-F hypothétique: E hypothesis, hypothetic—often in extn hypothetical.
‘To diagnose’ is a b/f of diagnosis, from Gr diagnosis, from diagignoskein, to distinguish, lit to know dia, through. Derivative Gr diagnostikos, able to distinguish, yields diagnostic, adj (hence n), whence diagnostician: cf technician from technic.
Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2007)
kata dengan sufiks atau akhiran -lyse (dalam Bahasa Belanda) dan -lysis (dalam bahasa Inggris) diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi -sis, dan bukan -sa.
-lyse (Belanda), -lysis (Inggris) menjadi -lisis
Analyse, analysis analisis
Paralyse, paralysis paralisis
Sedangkan kata Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah.
Kesimpulan
1. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional hanya mengakui penggunaan kata Analisis, Hipotesis dan Diagnosis,
2. Penggunaan kata Analisa, Hipotesa dan Diagnosa merupakan varian yang semestinya kita hindari sebab dasar rujukan pedoman penulisannya tidak ada,
3. Para penulis, peneliti terutama guru dan dosen alangkah lebih baiknya menganjurkan penggunaan kata Analisis, Hipotesis dan Diagnosis dalam penulisan skripsi, tesis dan disertasi.
Berikut tiga pedoman umum Bahasa Indonesia yang bisa Anda unduh.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Tesaurus Bahasa Indonesia
Referensi
Jones, Russell. 2007. Loan-Words in Indonesian and Malay, Compiled by the Indonesian etymological project. Leiden : KITLV Press.
Partridgea, Erick. 2006. Short Etymological Dictionary of Modern English. London: Routledge.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2007. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia.
Sneddon, James. 2003. The Indonesian Language, Its History and Role in Modern Society. Sydney: UNSW.
Demikianlah pembahasan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Amien.
Sabtu, 02 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar