Pages

Subscribe:

Rabu, 31 Juli 2013

Bimbingan dan Dosen Pembimbing Skripsi

Bimbingan dan Dosen Pembimbing Skripsi

Written by Ari Julianto






Sebagai bagian dari proses penulisan skripsi, peran dosen sebagai pembimbing skripsi menjadi sangat penting karena merupakan tanggung jawab dosen untuk memastikan bahwa mahasiswa mampu menyusun skripsi dengan baik hingga skripsi siap diujikan dan berkualitas.

Hingga kini belum ada patokan yang resmi berapa kali idealnya seorang mahasiswa menjalani bimbingan skripsi dengan para dosen pembimbingnya. Sejumlah keluhan dari para mahasiswa kerap muncul selama proses bimbingan skripsi.

Selama pengamatan saya dalam menangani skripsi, kendala-kendala tersebut bisa terjadi disebabkan:
1. Skripsi mahasiswa yang bersangkutan terdapat kesalahan yang fatal misalnya salah dalam menganalisis data atau kesalahan prosedur lainnya,
2. Mahasiswa yang bersangkutan terlalu mengulur-ulur waktu untuk menyelesaikan penelitiannya sehingga tiba waktu deadline banyak terdapat kesalahan,
3. Hubungan antara dosen pembimbing I dan Dosen Pembimbing II kurang harmonis,
4. Terdapat konflik antara salah seorang dosen pembimbing dengan si mahasiswa bersangkutan selama masa perkuliahan dulu,
5. Dan sejumlah kendala-kendala lainnya yang pernah saya bahas dengan tema kendala mahasiswa dalam menyusun skripsi.
 
I. Fungsi Pokok Bimbingan Skripsi

Menurut Winkel (1991 : 120) fungsi pokok dari bimbingan skripsi antara lain:
1. Fungsi penyaluran
Membantu mahasiswa mendapatkan program studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan Perguruan Tinggi, menetukan program studi lanjutan yang sesuai baginya setelah menyelesaikan studi, dan merencanakan bidang pekerjaan yang cocok baginya di masa yang akan datang.
2. Fungsi penyesuaian
Membantu mahasiswa menemukan cara menempatkan diri secara repat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.
3. Fungsi pengadaptasian
Fungsi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga-tenaga kependidikan yang lain di perguruan tinggi dalam hal mengarahkan kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa.
4. Fungsi pengajaran
Membantu mahasiswa dalam bidang pendidikan.

II. Tujuan Bimbingan Skripsi
Menurut Angker (2002), bimbingan di perguruan tinggi mempunyai tujuan antara lain:
1. Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri mahasiswa selama proses kemajuannya di Perguruan Tinggi,
2. Mempertemukan pengetahuan tentang diri mahasiswa dengan informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan bertanggung jawab yang diwujudkan dalam membuat pilihan-pilihan,
3. Mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain,
4. Mengatasi kesulitan dalam memahami diri mahasiswa,
5. Memahami lingkungan Perguruan Tinggi, keluarga dan masyarakat,
6. Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapi mahasiswa,
7. Menyalurkan diri mahasiswa baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang kehidupan lainnya.

III. Harapan Pembimbingan
Menurut Darmono dan Hasan (2005), secara umum harapan pembimbing antara lain:
1. Pembimbing mengharapkan adanya kesungguhan dari mahasiswa dalam menyelesaikan penulisan
skripsi serta mau bekerja keras untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan tersebut,
2. Pembimbing mengharapkan mahasiswa bersifat kritis dalam menelaah kajian skripsi yang dikerjakannya,
3. Pembimbing mengharapkan mahasiswa untuk menghargai waktu, khususnya target waktu yang telah ditentukan antara pembimbing dan mahasiswa,
4. Pembimbing mengharapkan mahasiswa jujur dan terbuka dalam mengemukakan gagasan yang tertuang dalam skripsinya,
5. Pembimbing mengharapkan mahasiswa agar menghasilkan karya tulis yang bagus dan bukan karya tulis yang ala kadarnya.

IV. Proses Pembimbingan

Menurut Adhimihardja (2012), langkah-langkah berikut ini mungkin baik untuk ditempuh dalam proses pembimbingan skripsi.
1. Diskusikan dengan mahasiswa calon bimbingan tentang masalah yang menjadi objek perhatian mahasiswa,
2. Pilih sejumlah alternatif masalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di jurusan/perguruan tinggi,
3. Diskusikan judul yang tepat untuk sejumlah masalah penelitian yang terpilih,
4. Pada saat mahasiswa telah mencapai ketentuan jumlah sks yang memenuhi syarat melakukan penelitian, mahasiswa mengajukan judul-judul penelitian itu ke jurusan serta menyampaikan informasi bahwa judul-judul itu telah disusun bersama dosen tertentu,
5. Setelah para pembimbing ditetapkan, proses pembimbingan dimulai dan mengikuti langkah-langkah utama yang sesuai dengan peraturan akademik antara lain yang menyangkut penulisan usul penelitian, pembuatan bahan seminar usul penelitian dan hasil penelitian,serta penyusunan skripsi,
6. Langkah-langkah kecil dapat didiskusikan dengan dosen pembimbing lainnya dan mahasiswa bimbingan misalnya tentang
a. Waktu bimbingan;
b. Tempat bimbingan;
c. Cara bimbingan apakah  secara keseluruhan atau bab per bab (tampaknya lebih efektif dan efisien jika dilakukan bab per bab). Diskusi di rumah dosen mempunyai kelebihan daripada di kantor karena hubungan kolegial dapat lebih tercipta dan mahasiswa dapat diajak berdiskusi tentang hal-hal lain yang memungkinkan untuk memperluas wawasan mereka misalnya yang menyangkut filosofi,
7. Jika dosen senior bekerja sama dengan dosen junior dalam pembimbingan, dosen senior berkewajiban untuk membimbing dosen junior,
8. Berbagai ketidaksamaan pendapat dengan antar dosen pembimbing sedapat-dapatnya jangan melibatkan mahasiswa,
9. Survei penelitian harus dilakukan dalam rangka membimbing ke arah pelaksanaan prosedur yang benar.
10. Periksalah secara akurat dan tuntas meliputi hal-hal berikut dan kalau ada yang kurang tetap beritahukan dengan jelas bagaimana memperbaikinya,
a. Benang merah antara masalah, tujuan, hipotesis, rancangan perlakuan atau variabel yang dipilih, analisis data, dan kesimpulan,
b. Substansi keilmuan,
c. Kebahasan termasuk terjemahan,
d. Format-format penulisan,
e. Perhitungan,
f. Kemungkinan adanya pengaruh faktor luaran.

V. Faktor Penentu Keberhasilan Bimbingan Skripsi
Menurut Siswohardjono (1990 : 425) faktor – faktor yang menentukan keberhasilan bimbingan skripsi antara lain:
1. Pembimbing
Hal ini meliputi kepribadian pembimbing, kesehatan jasmani pembimbing, penguasaan materi terhadap masalah yang diteliti, latar belakang studi dan pengalaman pembimbing, serta kemampuan pembimbing untuk membangun komunikasi.
2. Mahasiswa
Hal ini meliputi IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosi) kesehatan, motivasi, keuletan dan minat.
3. Kerjasama
Kerjasama antara pembimbing dan mahasiswa Kerjasama antara pembimbing dan mahasiswa sangat penting bagi keberhasilan bimbingan skripsi. Oleh karena itu kemampuan pembimbing untuk menciptakan komunikasi yang baik merupakan ketrampilan yang perlu dimiliki pembimbing. Dengan kata lain, pembimbing harus dapat bertindak sebagai komunikator yang baik.
4. Masalah yang dibahas
Hal ini meliputi ruang lingkup permasalahan dan tersedianya referensi yang dibutuhkan.

VI. Tugas Dosen Pembimbing

Tugas Dosen pembimbing skripsi secara umum antara lain :
a. Membantu mahasiswa merumuskan permasalahan atau topik skripsi atau tugas akhir,
b. Membuat rencana bimbingan bersama mahasiswa,
c. Mengarahkan mahasiswa dalam hal metodologi penelitian dan metode penulisan ilmiah,
d. Menunjukkan acuan materi keilmuan yang relevan dengan topik skripsi atau tugas akhir,
e. Memberikan persetujuan untuk seminar proposal,
f. Memimpin seminar proposal,
g. Memberikan persetujuan akhir untuk sidang skripsi atau tugas akhir,
h. Memberikan penilaian akhir bagi skripsi atau tugas akhir yang diujikan,
i. Hadir dalam sidang skripsi atau tugas akhir,
j. Memberikan arahan dalam penyelesaian revisi skripsi atau tugas akhir,

VII. Yang Perlu Diperhatikan Dosen Pembimbing

Untuk menjamin proses pembimbingan skripsi dapat berjalan sesuai dengan mestinya, maka terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan oleh dosen pembimbing, yaitu:

1. Menyadari bahwa mahasiswa yang dibimbingnya adalah mahasiswa program sarjana yang kedalaman kajian skripsinya sebatas kajian untuk program sarjana yakni untuk menjadi pemikir bukan peneliti. Selain itu, kalau penelitian mahasiswa merupakan bagian dari penelitian-dosen, dosen harus menyadari bahwa kajian dalam karya dosen harus lebih tinggi daripada karya tulis mahasiswanya (lebih-lebih bagi dosen yang telah menyelesaikan pascasarjana),

2. Menyadari bahwa membimbing bukan menguji. Pada karya mahasiswa tertera nama pembimbing yang berarti tulisan itu merupakan karya dosen pembimbing itu juga. Karena itu, dosen berhak menjadi co-author jika skripsi itu dipublikasikan,

3. Melatih diri dalam etika sebagai ilmuan (jujur, rendah hati, siap menerima kritik bahkan mampu mengeritik diri-sendiri, objektif, dan tidak outward-looking).

4. Bersikap tut wuri handayani. Mahasiswa yang mempunyai gagasan penelitian hendaknya didorong dan dibantu untuk mewujudkan apa yang diinginkannya itu. Mungkin jumlah mahasiswa yang mampunyai
gagasan sangat sedikit, namun yang sedikit ini harus sama pentingnya dengan yang banyak,

5. Memperdalam keilmuannya dan memperluas wawasan,

6. Memperdalam penguasaan sarana berfikir ilmiah terutama bahasa, logika, dan statistika,

7. Memperdalam teknik-teknik pembuatan media,

8. Menguasai format-format yang berlaku baik dalam masyarakat ilmiah yang relevan maupun format penulisan lokal,

Reference
Adhimihardja, Mintarsih. 2005. Bimbingan Belajar dan Bimbingan Skripsi, Working Paper dalam Lokakarya Peningkatan Mutu Pembelajaran di Perguruan Tinggi Kerjasama Higher Education
Development Support, Universitas Lampung.

Siswohardjono, Aryatmi. 1990. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di Berbagai Institusi.Semarang. Satya Wacana.Darmono, dan Hasan, Ani M. 2005. Menyelesaikan Skripsi Dalam Satu Semester. Jakarta. Grasindo.

Angker, Feby. 2002. Evaluasi Kerjasama Pembimbing dan Mahasiswa Jurusan Manajemen Dalam Bimbingan Skripsi Angkatan 2000 – 2001 Universitas Kristen Petra”. (abdulhamid.files. wordpress.com/.../materi_ kuliah_3_19_feb_06.doc)

Winkel, W. S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta. Grasindo

Dan berbagai sumber lainnya.

Demikianlah pembahasan kala ini dan semoga bermanfaat. Amien.

Minggu, 28 Juli 2013

Four Ebooks About Writing Thesis Guide


         Four Ebooks About Writing Thesis Guide
                                             Written by Ari Julianto


There are many ebooks of writing thesis guide available in google engine search. And as a beginner or student who will start in writing skripsi or thesis, any kind of reference is useful to support you in writing skripsi or thesis.

Today's posting I would like to share four ebooks about writing thesis guide. I would not say that these four ebooks are the best ones but these are very useful. At least these references might help you in preparing your skripsi or thesis.
 
1. Writing A Thesis In education by Academic Language and Literacy Development Faculty of Education. 2012. Monash University.
Actually this is a booklet to help the students of Monash University but this will help you in writing a thesis in education. This is used only for teacher training and education students but can be used as well for other departments.In this booklet, we can find the description of Thesis Writing, Components of a Thesis and Issues in Writing.

If you are interested, you can download it HERE. 
If you find the link error, you may contact me personally via email: mr.ari69@gmail.com
(Jika link ini tidak berlaku, silakan hubungi saya via email: mr.ari69@gmail.com)


2. How to Write a Thesis by Rowena Murray. 2006.
This is a good book that can be used for general departments. There are 10 chapters that discuss about
- Thinking about writing a thesis
- Starting to write
- Seeking structure
- The first milestone
- Becoming a serial writer
- Creating closure
- Fear and loathing: revising
- It is never too late to start
- The last 385 yards and
- After the thesis examination: more writing?

 
If you are interested, you can download it HERE. 
If you find the link error, you may contact me personally via email: mr.ari69@gmail.com
(Jika link ini tidak berlaku, silakan hubungi saya via email: mr.ari69@gmail.com)


3. Thesis and Dissertation Writing in a Second Language A handbook for supervisors by Brian Paltridge and Sue Starfield.2007. 
This handbook is intended to not only for thesis but also dissertation that is specialized in a second language. In this handbook, we can find the issues about
- Working with second-language speakers of English
- Thesis writing in English as a second language
- Writing a research proposal
- The overall shape of theses and dissertations
- Writing the background chapters
- Writing the Methodology chapter
- Writing the Results chapter
- Writing Discussions and Conclusions
- Writing the Abstract and Acknowledgements and
- Resources for thesis and dissertation writing

If you are interested, you can download it HERE. 
If you find the link error, you may contact me personally via email: mr.ari69@gmail.com
(Jika link ini tidak berlaku, silakan hubungi saya via email: mr.ari69@gmail.com)


4. How to Write a BA Thesis a practical guide from your first ideas to your finished paper by Charles Lipson. 2005. The University of Chicago Press
 This is a practical guidebook, designed to help you through every stage of your thesis project, beginning with your earliest ideas about writing one. It helps you turn those tentative ideas into a workable project, then a draft paper, and ultimately a polished final version.In this guidebook, you can find framing your topic, conducting your research, writing and working your best, scheduling and completing your thesis, dealing with special requirements, citing your sources and getting more
advice.




If you are interested, you can download it HERE.
If you find the link error, you may contact me personally via email: mr.ari69@gmail.com
(Jika link ini tidak berlaku, silakan hubungi saya via email: mr.ari69@gmail.com)



I hope these four guide ebooks for writing a thesis will be helpful for all of us. Amien.

RELATED POSTINGS
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/10/three-ebooks-about-research-methods.html

http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/09/two-ebooks-about-statistics-for-research.html

http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/09/four-ebooks-about-educational-research.html

http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/08/four-ebooks-for-academic-writing-guide.html

Jangan Terjebak dengan Judul Skripsi

Jangan Terjebak dengan Judul Skripsi
 
Written by Ari Julianto


Pada postingan kali ini, saya ingin mengangkat permasalahan yang selalu dihadapi mahasiswa ketika judul yang ditawarkan sudah disetujui. Mengapa jadi masalah? Alih-alih sulitnya mendapat persetujuan judul untuk skripsi, si mahasiswa tersebut malah tidak tahu apa kandungan dari judul yang sudah disetujui tersebut. Betapa tidak, beberapa mahasiswa malah sudah mulai merasa putus asa dengan sekian judul yang ditawarkan kesemuanya ditolak.

Walhasil, mahasiswa mencari-cari judul di berbagai tempat asal jadi saja tanpa menganalisa isi dari judul tersebut. Karena prinsip mereka adalah "Yang Penting Judulku Diterima".

Begitu judul sudah disetujui, munculah dilema 'ketidak-tahuan' dan 'kebingungan' untuk memulai penulisan proposal mereka. Ada beberapa yang sudah berjalan di Chapter I tapi begitu masuk ke Chapter II Review of Literature, muncul permasalah lain seperti bahan literature yang susah didapatkan. Seanainya pun berjalan mulus pada proposal, muncul permasalahan baru yakni kesulitan mendapatkan data, atau data yang diperoleh kurang memadai.

Berdasarkan permasalahan diatas dan pengalaman saya menangani skripsi mahasiswa FKIP Bahasa Inggris dan Sastra Inggris, disini saya mencoba memberikan saran agar Anda tidak terjebak dengan judul skripsi Anda sendiri.

1. Jangan merasa puas terlebih daulu jika Anda sudah mengantongi banyak calon judul skripsi Anda. Beberapa situs atau blog banyak yang menawarkan judul-judul skripsi, tapi Anda jangan tergiur dengan tawaran tersebut. Untuk diketahui, judul-judul tersebut sudah umum atau tidak up to date. Jadi Anda harus mencari judul yang lebih update dan fresh. (Oleh sebab itu di blog saya ini, saya tidak menawarkan daftar judul-judul skripsi. Saya lebih suka menyajikan topik atau permasalahan yang bisa diangkat menjadi judul skripsi).

2. Ketahuilah masing-masing variable yang ada di judul skripsi tersebut. Banyak mahasiswa tanpa disadarinya judul yang sudah disetujui tersebut ternyata terkandung 4 variable yang semestinya 2 variable saja.

3. Langsung Anda membuat online untuk Chapter I, II dan III sebab ini akan mempermudah proses penulisan proposal skripsi Anda.

4. Begeraklah cepat untuk mencari referensi-referensi yang dibutuhkan untuk skripsi Anda.

5. Pikirkan kembali apakah Anda yakin data yang akan diambil bakal memunuhi persyaratan atau data yang tersedia cukup?

6. Tentukan jenis penelitian Anda, kualitatif atau kuantitif? Jika Anda sudah tahu jenis penelitiannya, maka Anda bisa mengikuti prosedur yang lainnya,

7. Alangkah lebih baiknya Anda mendapatkan copy skripsi atau thesis dengan judul yang hampir sama dengan judul skripsi atau thesis Anda sebab ini bisa menjadi perbandingan dan bahkan referensi Anda.

Akhir kata, jangan Anda bergembira terlebih dahulu jika judul skripsi atau thesis Anda sudah disetujui. Pertimbangkanlah baik-baik dan dengan matang kandungan dari judul tersebut.

Menunda-nunda waktu untuk penulisan proposal skripsi Anda justru akan menjebak Anda sendiri. Ingat! waktu yang disediakan kampus sangat terbatas dan waktu itu terus berjalan sementara Anda sibuk dengan kesulitan yang Anda hadapi tanpa solusinya.

Demikianlah pembahasan kita kali ini dan semoga bermanfaat. Amin.

RELATED POSTINGS
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/unsur-kata-yang-tidak-perlu-di-judul.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/12/syarat-judul-skripsi-atau-thesis.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/3-model-judul-skripsi-fkip-bhs-inggris.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/metode-penulisan-judul-skripsi-fkip-bhs.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/04/jika-judul-dan-isi-skripsi-tidak.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/05/jika-dua-mahasiswa-memiliki-judul.html

Sabtu, 27 Juli 2013

Pendekatan Penelitian Kuantitatif

Pendekatan Penelitian Kuantitatif
 


Written by Ari Julianto





1. Hakikat Penelitian Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika,kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi.

Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka.

II. Fungsi Penelitian Kuantitatif
Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel,menentukan kasualitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk meramalkan suatu gejala).

III. Karakteristik Penelitian Kuantitatif
Di dalam penelitian Kuantitatif ini memiliki ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang tentunya berbeda dengan penelitian yang lain diantaranya :

1. Desain
a. spesifik, jelas, rinci
b. ditentukan secara mantap sejak awal,
c. menjadi pegangan langkah demi langkah.

2. Tujuan
a. menunjukkan hubungan antar variabel,
b. menguji teori,
c. mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.

3. Teknik Pengumpulan data
a. kuesioner,
b. observasi dan
c. wawancara terstruktur.

4. Instrumen Penelitian :
a. test,
b. angket,
c. wawancara terstruktur dan
d. instrument yang telah terstandar.

5. Data 
Kuantitatif (angka-angka ), hasil pengukuran variabel yang dioperassikan dengan menggunakan instrument.

6. Sampel
Besar, representative, sedapat mungkin random dan sudah ditentukan sejak awal.

7. Analisis
Dilakukan setelah selesai pengumpulan data, deduktif dan menggunakan statistic untuk menguji hipotesis.

8. Hubungan dengan responden
Dibuat berjarak bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif, kedudukan peneliti lebih tinggi dari pada responden.

9. Kepercayaan terhadap hasil penelitian dengan pengujian validitas dan reliabilitas instrument.

IV. Paradigma Penelitian Kuantitatif
- Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.
- Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
- Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
- Bersifat obyektif
- Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
- Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik.
- Berorientasi pada hasil
- Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
- Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
- Bersifat partikularistik
- Mengasumsikan adanya realitas yang stabil.

V. Macam-macam Penelitian Kuantitatif
1. Penelitian Survei
2. Penelitian Eksperimen
3. Penelitian Exposfacto
4. Penelitian Korelasional
5. Penelitian Komparatif

VI. Prosedur Penelitian Kualitatif
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melatar belakangi  dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang berisi:

- Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
- Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
- Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
- Penjelasan bahwa masalah  tersebut relevan, aktual  dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman
- Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
- Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu.

2. Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.

a. Pemilihan Masalah
- Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
- Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
- Sesuai dengan kualifikasi peneliti
- Menghubungkan dua variabel atau lebih.

b. Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain.

c. Perumusan Masalah
- Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
- Jelas dan padat
- Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian

3. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
b. Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.

4. Telaah Pustaka
a. Manfaat Telaah Pustaka
- Untuk memperdalam  pengetahuan tentang masalah yang diteliti
- Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
- Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa
- Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian.

5. Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data. Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri. Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih  maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut.

6. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara  teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang  akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

(Dari berbagai sumber)
Demikianlah pembahasan kali ini semoga bermanfaat. Amin.      

Jumat, 26 Juli 2013

Pendekatan Penelitian Kualitatif

Pendekatan Penelitian Kualitatif

Written by Ari Julianto





1. Hakikat Penelitian Kualitatif
Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu sebagaimana diungkapkan Sukmadinata (2005).

- Menurut Muhadjir (1996), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih mengutamakan pada masalah proses dan makna/persepsi, di mana penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah. Pada tiap-tiap obyek akan dilihat kecenderungan, pola pikir, ketidakteraturan, serta tampilan perilaku dan integrasinya sebagaimana dalam studi kasus genetik.

- Menurut Danim (2002), peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka.

- Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.

- Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.

- Menurut Sugiyono (2005), penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci. 

II. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Beberapa karakteristik tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Natural Setting ( kondisi seperti apa adanya)
Pada topik riset kualitatif diarahkan pada kondisi asli subjek penelitian berada. Kondisi subjek sama sekali tidak dijamah oleh perlakuan (treatment) yang dikendalikan oleh peneliti seperti halnya di dalam penelitian eksperimental.

2. Permasalahan Masa Kini
Penelitian kualitatif mengarahkan kegiatannya secara dekat pada masalah kekinian (current event). Kepentingan pokoknya diletakkan pada peristiwa nyata dalam dunia aslinya, bukan sekedar pada laporan yang ada Subjek peristiwa yang diteliti adalah subjek masa kini dan bukan subjek masa lampau seperti dalam kebanyakan riset historis.

3. Memusatkan pada Deskripsi
Penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologis. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Peneliti menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data.

4. Peneliti sebagai Alat Utama Riset (Human Instrument)
Walaupun berbagai alat pengumpulan data yang biasa kita kenal ada dimungkinkan untuk digunakan, namun alat penelitian utamanya adalah penelitinya sendiri.

5. Purposive Sampling
Penelitian kualitatif tidak memilih sampling (cuplikan) yang bersifat acak (random sampling). Teknik cuplikannya cenderung bersifat “purposive” karena dipandang lebih mampu menangkap kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal.

6. Pemanfaatan “Tacit Knowledge”
Penelitian kualitatif mendukung memanfaatkan pengetahuan yang bersifat intuitif dan dirasakan, sebagai tambahan pengetahuan yang bersifat proposional atau pengetahuan yang dapat diekspresikan dalam bentuk bahasa karena seringkali nuansa realitas yang tidak tunggal dapat difahami hanya dengan cara ini, dan kebanyakan interaksi peneliti dengan yang diteliti terjadi pada tingkat ini.

7. Lebih Mementingkan Proses daripada Produk
Penekanan kualitatif pada proses secara khusus telah memberi manfaat pada riset pendidikan dalam menjelaskan tentang “ramalan pencapaian diri” mengenai pandangan tentang penampilan kognitif para siswa di sekolah yang ternyata dipengaruhi oleh harapan gurunya terhadap mereka.

8. Makna sebagai Perhatian Utama Riset
Dalam hal penemuan makna, peneliti berminat pada bagaimana cara orang memberi makna pada kehidupannya sendiri. Dengan kata lain, peneliti memusatkan pada yang disebut “ participant’s perspective” atau people’s point of view”, sehingga terhindari perumusan maksud sesuatu di dalam konteksnya berdasarkan pandangan penelitiannya sendiri.

9. Menggunakan Lingkungan Alamiah Sebagai Sumber Data
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif.

10. Memiliki Sifat Deskriptif Analitik
Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka).

11. Tekanan Pada Proses Bukan Hasil
Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung.

12. Bersifat Induktif
Penelitian kualitatif dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut.

13. Mengutamakan Makna
Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya, mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru.

III. Tujuan Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukan kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.

2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara alami.

3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan kuantitatif.

IV. Bidang Kajian di Pendidikan
Bidang kajian penelitian kualitatif dalam pendidikan antara lain berkaitan dengan proses pengajaran, bimbingan, pengelolaan/manajemen kelas, kepemimpinan dan pengawasan pendidikan, penilaian pendidikan,hubungan sekolah dan masyarakat, upaya pengembangan tugas profesi guru, dan lain-lain.

V. Prosedur Penelitian Kualitatif
Terdapat tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2007):

1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi
Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.

2. Tahap reduksi

Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

3. Tahap seleksi
Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.

Secara spesifik ketiga tahap di atas dapat diringkas menjadi beberapa langkah penelitian kualitatif yaitu:

1. Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi/memerinci masalah-masalah yang terdapat dalam latar belakang. Dengan demikian, segala permasalahan yang terangkum dalam latar  belakang masalah dapat dikonkretkan dalam bentuk kalimat sederhana.

2. Pembatasan Masalah

Membatasi pada masalah yang akan diteliti, sehingga fokus penelitian menjadi jelas dan terarah. Pembatasan ini berfungsi agar penelitian tidak bias sehingga tidak terjebak dalam masalah-masalah yang kemudian timbul sebagai konsekuensi dari masalah yang akan diteliti.

3. Perumusan Masalah
Merumuskan masalah yang terfokus pada permasalahan yang akan di teliti.
1). Rumuskan masalah penelitian dengan jalan mengaitkan fokus dengan sub-sub fokus yang menjadi pertanyaan untuk dicarikan jawabannya.
2). Rumusan masalah penelitian harus menjawab pertanyaan “apa yang akan diselesaikan peneliti dalam melakukan penelitian ini”.
3). Masalah penelitian itu dikemukakan dalam bentuk pertanyaan yang dirumuskan secara tajam yang ingin dicari jawabannya dalam penelitian ini.
4). Rumuskan dengan menggunakan kata-kata yang tepat dengan bahasa yang efisien.

4. Tujuan Penelitian
1). Merumuskan apa-apa yang ingin dicapai dalam penelitian.
2). Tujuan penelitian merupakan pernyataan operasional yang merincikan apa yang akan diselesaikan dan dicapai dalam penelitian ini.
3). Tujuan itu dirumuskan sebagai upaya yang ditempuh oleh peneliti untuk memecahkan masalah.
4). Rumusan tujuan itu menjawab pertanyaan: bagaimana peneliti menggunakan hasil penelitiannya, dan bagaimana profesi sejenis menggunakan hasil penelitiannya.

5. Manfaat Penelitian
1). Mendeskripsikan manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian.
2). Manfaat dapat ditujukan untuk pribadi, pembaca, maupun institusi.
3). Dalam bagian ini dikemukakan apa yang kiranya menjadi kegunaan hasil penelitian baik bagi dunia bidang ilmu itu sendiri dan masyarakat pada umumnya.
4). Manfaat penelitian dirumuskan secara singkat dan dengan bahasa yang tepat.

Referensi
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif . Bandung: Pustaka Setia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Demikianlah pembahasan kali ini. Semoga bermanfaat. Amin.

Rabu, 24 Juli 2013

Use Language That Reduces Bias

Use Language That Reduces Bias

 Written by John W. Creswell in Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research page 277-278

A research report needs to be sensitive and respectful of people and places. Your study submitted to a dissertation or thesis committee, to a journal, or to a conference will be rejected if you are insensitive to individuals or cultural groups.

The APA has compiled information and developed guidelines about the use of writing strategies for reducing bias in the language of research reports (APA, 2010). These guidelines state using language that avoids demeaning attitudes, including biased assumptions, and awkward constructions that suggest bias because of gender, sexual orientation, racial or ethnic group, disability, or age. One helpful suggestion, developed by Maggio (1991), is to test your written research report for discriminatory language by:

a. Substituting your own group for groups being discussed
b. Imagining that you are a member of the group
c. Revising your material if you feel excluded or offended

Another approach is to spend time studying examples of appropriate language constructions.Determine how these constructions are inclusive and sensitive. You might also examine three guidelines for reducing bias in language recommended in the APA Style Manual (APA, 2010):

1. Describe individuals at an appropriate level of specifi city. This means that you need to use specifi c terms for persons that are accurate, clear, and free of bias. For example:
• Be specific:
Poor: man or woman 
Preferred: men and women
Poor: over 62 

Preferred: ages 63–70

2. Be sensitive to labels for individuals or groups. This means calling people names they prefer and acknowledging that preferences for names change over time. Writers should not use their own group as the standard against which to judge others. For example:

• Use adjectival forms.
Poor: the gays 

Preferred: gay men

• Put “people” first, followed by a descriptive phrase.
Poor: schizophrenics 

Preferred: people diagnosed with schizophrenia

• Use parallel nouns that do not promote one group as a standard or dominance over another group.
Poor: man and wife 

Preferred: husband and wife

3. Acknowledge participation of people in a study. You need to specifi cally identify participants based on the language they use. For example:
• Use impersonal terms.
Poor: subjects 

Preferred: participants
Poor: informants 

Preferred: participants

• Use nonstereotypical and unbiased adjectives.
Poor: woman doctor 

Preferred: doctor
Poor: nonaggressive women 

Preferred: nonaggressive participants

• Use specific cultural identity.
Poor: American Indians 

Preferred: Cherokees

• Put people first, not their disability.
Poor: mentally ill person 

Preferred: person with mental illness

Hope today's posting will be useful for all of us. Amin.

Data Analysis Procedure

Data Analysis Procedure

Written by Ari Julianto


Analysis of data means studying the tabulated material in order to determine inherent facts or meanings. It involves breaking down existing complex factors into simpler parts and putting the parts together in new arrangements for the purpose of interpretation.

Data Analysis Procedure which is usually in a skripsi or thesis placed in sub-chapter Research Design or Research Methodology is a report of the procedure how we analyze the data. The Analysis of Data Procedure depends on the kind of the research. In this posting I cannot explain all kinds of research for analyzing the data procedure. I just give some examples of them.

There are two ways in reporting Analysis of Data Procedure. First, in paragraph description and secod in numerial description. For this matter, I can suggest that if the procedure or the steps of Analysis of Data is below five steps, it is advisable to report it in  paragraph description. On the contrary, if the steps of Analysis of Data is  more than five steps, numerial description is a choice.

In educational research, statistical method has contributed a great deal. Simple statistical calculation finds a place in almost any research study dealing with large or even small groups of individuals, while complex statistical computations form the basis of many types of research.

Below I give you some examples of the procedure in Collecting the Data. I would not say that these are the best examples.

1. Data Analysis Procedure for Novel Analysis
After collecting the data, there are some steps in doing data analysis, they are: finding the data which are related with this study which in this case Harry Potter’s sadness including the causes and the effects, separating the data based on the objectives of the study, exploring the collected data and other related data from the relevant references, analyzing the data and the last is drawing the conclusion of the research and rechecking whether the conclusion are appropriate.

2.  Data Analysis Procedure for News Analysis
The data were analyzed by finding out the infinitive forms in the educational news of BBC News Online and then identify them based on the three types. The steps are as follows:
1. selecting the educational news of BBC News Online,
2. identifying the type of infinitive in each sentence from the news,
3.classifying each type of the infinitive appearing in the news into three types: Bare infinitive (simple infinitive), Full infinitive (to infinitive), and Infinitive phrases (infinitival phrase),
4. calculating the percentage of each type of infinitive by using Sudijono’s (2004: 43) formula as the follows
    x
p = - x 100%
    y

Where:   
P = the percentage of the forms of infinitive
X = the total number of one form of infinitive
Y = the total number of the whole type of infinitive
5. finding out the most dominant type of the infinitive appearing in the educational news of BBC Online.

3. Data Analysis Procedure for Effect Research
The technique of this research will be performed by the following step:
1.  dividing the class into experimental group and control group,
2. giving the pre-test to obtain the score of pre-test for experimental and control group,
3. giving the treatment by teaching vocabulary using the cognitive learning strategy in experimental group,
4. giving the treatment by teaching vocabulary using conventional method or LKS (Lembar Kerja Siswa) in control group,
5. giving the post-test to obtain the score of post-test to collect the data for experimental and control group,
6. calculating the score of pre-test and post-test between experimental and control groups,
7. obtain the mean of students’ writing score, the researcher uses the Sudijono’s formula (1988: 81) as follow











Note:
_
X = Mean
x = Individual score
n = number of student

8. To find out the significant of hypothesis testing, then the writer used the formula as Arikunto (2002: 275) suggested.






              





        
            ∑d

Md = --------
             N


 
9. Finding out the degree of freedom (df) = df  = N1 + N2  –2  and finally consulting the t value table to obtain the hypothesis result.
10. Finding out the thee effect and the validity of the test by using the formula of Arikunto (1993: 230) who recommended that the value of validity is as follows:






4. Data Analysis Procedure for Students' Ability
The data were analyzed by using a descriptive quantitative technique. In this technique, the researcher analyzed the data in term of quantitative analysis. The steps of the technique were performed as follows
1. asking the students to analyze the test of picture story and the questions for 5 minutes,
2. asking the students to answer the reading comprehension by applying the picture story on the answer sheet,
3.  collecting the students’ answer sheet,
4.  finding out the correct and incorrect answers of the student,
5. calculating the percentage of the students’ result in answering reading comprehension based on the picture story by using Sudijono’s (1999:321)

    X
p = - x 100%
    y

Where:   
P = the percentage of the students’ ability and inability
X = the number of the students’ ability and inability
Y = the number of the sample test
6. calculating the students’ results of the reading comprehension based on the picture story as follows
     Quantitative Ability        Qualitative Ability
          80 – 100                     Very good
          60 – 79                       Good
          50 – 59                       Poor
          ≤ 40                           Very Poor   

7. finding out the students’ problems in reading comprehension by applying the picture story based on the elements of the reading comprehension structure as Duke (2005: 69) who describe the elements are Characters, Setting, Goal, Problem, Plot or action, Resolution, and Themes,
8. finding out the validity of the test by using the formula of Arikunto (1993: 230) who recommended that the value of validity is as follows:






9. matching the value of standard reliability as follows:
0.00 - 0.20        : the reliability standard is empty
0.21 - 0.40        : the reliability standard is low
0.41 - 0.60        : the reliability standard is fair   
0.61 - 0.80        : the reliability standard is good
0.81 - 1.00 >     : the reliability standard is very good.



Hope today's posting will be useful for all of us. Amien.



Sabtu, 20 Juli 2013

Penyajian Tabel pada Skripsi/Thesis

Penyajian Tabel pada Skripsi/Thesis

Written by Ari Julianto



Penyajian data dalam bentuk tabelatau tabulasi, gambar, diagram dan sebagainya kadangkala diperlukan dalam pembuatan skripsi/thesis  sebagai media informasi. Pada dasarnya  banyak cara untuk menyajikan data sehingga ia dapat dipahami dan digunakan secara tepat oleh pengolah data. Namun untuk menghasilkan gambaran data yang komunikatif, harus diingat untuk  menyajikan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, penyajian data dalam bentuk tabel atau tabulasi bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai jumlah secara terperinci sehingga memudahkan pengolah data dalam menganalisis data tersebut.

Dalam postingan kali ini saya mencoba memaparkan teknik penyajian data informatif dalam bentuk tabel.

I. Teknik Penyajian Tabel
Ada dua cara menyajikan nomor dan judul tabel, yaitu:

a. Satu baris sejajar, misalnya
Table 3.1  Population and Sample of the Research

b.Bertingkat, misalnya
                      Table 3.1 
Population and Sample of the Research

Untuk jenis bertingkat, format judul tabel ditulis di tengah dan simetris di atas tabel yang bersangkutan, di bawah kata “Tabel”.

Kata-kata dalam judul tabel ditulis sebagai berikut.
(1). Kata-kata isi diawali dengan huruf besarl.
(2). Kata-kata fungsi ditulis dengan huruf kecll.

Yang perlu diingat adalah:
a.Penyajian table harus dilakukan secara sistematis, oleh karena itu judul table perlu mendapatkan penomoran. Sistem penomoran ni dimulai secara berturut-turut sejak bab I sampai dengan bab V.
b.Penomoran tabel menggunakan angka arab.
c. Tabel dibedakan menjadi dua macam, yaitu tabel dalam teks dan tabel dalam lampiran. Tabel dalam lampiran menggunakan urutan penomoran sendiri, jadi tidak menyambung nomor tabel dan teks.
Judul dan nomor tabel diletakkan di atas Tabel,
d. Dalam penulisan skripsi atau thesis nomor Tabel menunjukkan Bab + Nomor Urut Tabel dalam suatu Bab,
e. Nomor urut berlaku per Bab, tidak bersambung antar Bab
f. Judul dan nomor table ditulis seperti biasa seperti judul sub-Bab dengan Bold dimana setiap awal kata Huruf besar kecuali kata sambung, kata sandang dsb,
g. Pembuatan kolom dan baris harus jelas. Setiap kolom dan baris harus diberi nama untuk penjelasan.

Sekedar menambah pengetahuan, ada beberapa jenis tabel, antara lain:

1. Tabel Baris Kolom
Tabel yang lebih tepat disebut tabel baris kolom ini adalah tabel-tabel yang dibuat selain dari tabel kontingensi dan distribusi frekuensi yaitu tabel yang terdiri dari baris dan kolom yang mempunyai ciri tidak terdiri dari faktor-faktor yang terdiri dari beberapa kategori dan bukan merupakan data kuantitatif yang dibuat menjadi beberapa kelompok. Contoh,

         Daftar IP Mahasiswa 
No         Semester                IP
1                I                  3,12
2                II                 3,00
3                III                3,39
4                IV                 3,37
5                V                  2,9



2. Tabel Kontingensi
Tabel kontingensi merupakan bagian dari tabel baris kolom, akan tetapi tabel ini mempunyai ciri khusus, yaitu untuk menyajikan data yang terdiri atas dua faktor atau dua variabel, faktor yang satu terdiri atas b kategori dan lainnya terdiri atas k kategori, dapat dibuat daftar kontingensi berukuran b x k dengan b menyatakan baris dan k menyatakan kolom. Contoh Banyak Murid Sekolah Menurut Tingkat

           Sekolah Dan Jenis Kelamin Tahun 2006
JENIS KELAMIN    TINGKAT SEKOLAH        JUMLAH
                         SD    SMP    SMA 
  
Laki – laki         4756    2795    1459            9012
Perempuan        4032    2116    1256            7404
Jumlah              8790    4911    2715            16416


3. Tabel Silang

Data hasil penelitian yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan data juga dapat disajikan ke dalam bentuk tabel silang. Tabel silang dapat hanya terdiri dari satu variable tetapi dapat juga terdiri dari dua variable. Tergantung pertanyaan atau keadaan yang ingin dideskripsikan. Dengan demikian, pemilihan penyajian data ke dalam tabel silang satu atau dua variable akan tergantung dari data yang diperoleh.Tabel silang satu variable digunakan untuk menggambarkan data dengan menampillkan satu karakteristiknya saja. Misal jumlah keseluruhan. Sementara tabel silang dua variable digunakan untuk menggambarkan data dengan menampilkan dua karakteristiknya. Misalnya jumlah keseluruhan dan jumlah per gender.
Contoh:

No.    Mata Pelajaran    Siswa Yang Menyukai             Jumlah
                                       Laki - Laki Perempuan  
 
1    Matematika                 8            3                           11
2    Kimia                         4             6                          10
3    Fisika                         5             2                          7
4    Biologi                        2             4                          6



NOTE

Penyajian tabel sedapat mungkin dalam satu halaman.Jika tabel harus bersambung ke halaman berikutnya, ada beberapa cara dapat dilakukan, antara lain:
a. di akhir table halaman pertama di bawah kanan ditulis 'continues' dengan cetak miring (italic). Kemudian di awal tabel halaman sambungan di atas kanan ditulis 'continued' dengan cetak miring (italic),
b. cara lain adalah memenggal baris (row) akhir di halaman pertama. Kemudian memenggal baris (row) pertama  di halaman sambungan,
c. Cara lain adalah dengan memasukkan nama-nama kolom atau baris sesuai dengan halaman pertama pada halaman sambungan dengan nomor urut lanjutan dari halaman pertama.

Demikianlah pembahasan kita kali ini, semoga bermanfaat. Amin.

Rabu, 17 Juli 2013

Teknik Presentase Proposal Skripsi/Thesis

    Written by Ari Julianto


Dalam sidang seminar porposal S1, presentase proposal meminta masukan dari para dosen yang hadir khususnya Dosen Pembimbing I dan II dan juga beberapa audiens atau rekan sejawat lainnya sebelum penelitian tersebut dilakukan.Ringkasnya, presentasi hasil penelitian atau seminar hasil penelitian merupakan bentuk penyampaian hasil penelitian secara verbal atau audio visual dengan tujuan untuk meminta masukan agar hasil penelitian tersebut dapat lebih sempurna.

Teknik presentasi merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh seorang peneliti atau mahasiswa. Dalam postingan kali ini saya mencoba membantu para mahasiswa untuk mempersiapkan diri sebelum penyajian presentasee proposal di seminar. Menyajikan presentasi proposal tidak jauh berbeda dengan menyampaikan pendapat di muka umum atau dalam kata lain, kita menguasai salah satu teknik komunikasi massa.

1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

a. Persiapkan Mental
Berbicara di muka umum memerlukan kesiapan mental tersendiri. Rasa gugup bisa membuyarkan konnsentrasi. Perbanyaklah latihan menyampaikan pendapat di muka umum baik di kelas, di rumah atau di depan teman-teman.

b. Miliki Fisik yang Sehat
Menjaga kesehatan fisik merupakan keharusan sebelum presentase. Fisik yang sehat akan membuat pembicara dapat berkonsentrasi lebih baik saat presentasi maupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

c. Mengetahui Lokasi Presentasi
Pengaturan tata letak ruangan pun perlu diketahui. Di mana tempat pembicara, podium, duduk, atau berdiri, apakah ada moderator, dan bagaimana posisi audiens.

d. Periksa Peralatan dan Fasilitas
cara penggunaan fasilitas yang sudah disediakan  perlu dipelajari agar bisa digunakan optimal dan tidak membuang waktu mempelajarinya terlebih dahulu saat presentasi telah berlangsung.

e. Mengetahui Tujuan Presentasi
Mengetahui tujuan presentasi dan siapa audiens kita akan membuat presentasi lebih mengarah tepat sasaran. Presentasi hasil penelitian merupakan presentasi informatif yakni untuk memberikan informasi kepada orang lain.

f. Mengetahui Siapa Peserta atau Audiens
Materi presentasi juga dibuat sesuai dengan tujuan presentasi dan audiens kita. Presentasi bukan hanya untuk menunjukkan apa yang telah kita lakukan tetapi bagaimana apa yang telah kita lakukan ini mendapat masukan dari audiens dan bermanfaat untuk mereka.

g. Persiapkan Materi dengan Cermat
Materi presentasi juga dibuat sesuai dengan tujuan presentasi dan audiens kita. Presentasi bukan hanya untuk menunjukkan apa yang telah kita lakukan tetapi bagaimana apa yang telah kita lakukan ini mendapat masukan dari audiens dan bermanfaat untuk mereka. Dalam mempersiapkan materi ini, gunakan media-media yang membuat presentasi ini menjadi menarik. Microsoft Power Point sudah biasa digunakan untuk membuat materi presentasi yang menarik.

h. Fokuskan Slide Presentasi
Mengingat waktu presentasi yang terbatas, umumnya jumlah slide yang dapat ditayangkan dalam waktu 15 hingga 20 menit adalah sekitar 7 slide. Slide yang baik justru tidak akan membuat penyaji membaca isi slide tersebut tetapi justru akan membuat audiens tertarik dan terfokus perhatiannya pada isi slide tersebut. Pilihlah warna slide yang sejuk dan tidak menyakitkan mata. Jika backgroundnya hitam, alangkah lebih baiknya tulisan dalam slide bewarna cerah seperti putih atau keemasan dan sebaliknya.

II. Tahap Pelaksanaan
Setelah memahami dan mempersiapkan tahap pertama, kemudian tibalah pada tahap kedua yakni pelaksanaan presentase. Prosesnya adalah sebagai berikut.

1. Dalam posisi berdiri tegak dan menatap ke seluruh audiens termasuk pada dosen,
2. Posisi tangan kiri memegang mic (jika dipergunakan) dan posisi tangan kanan untuk scroll down-up mouse tampilan Power Point,
3. Mulailah mengucapkan 'basmalah' (bagi yang Muslim),
4. Dilanjutkan dengan mengucapkan 'salam' (Assalamualaikum Wr Wb bagi Muslim atau Good Morning/afternoon bagi non Muslim),
5. Perkenalkan diri Anda: "First of all, allow me to introduce myself. My name is...."
6. Dilanjutkan dengan menyebutkan judul proposal Anda: "The title of my thesis proposal is...."
7. Dilanjutkan dengan memasuki Chapter I Introduction: "I would like to begin my presentation with Chapter I Introduction..."
8. Dalam tahap ini, alangkah lebih baiknya mata Anda terfokus pada layar tampilan,
9. Setelah selesai Chapter I Introduction kemudian dilanjutkan ke Chapter II Review of Literature: "Then, we go to the next chapter that is Chapter II Review of Literature..."
10. Mengingat sub chapter dalam Review of Literature banyak yang harus ditampilkan alangkah lebih baik dibuatkan outline dengan sedikit penjelasan,
11. Dilanjutkan dengan pembahasan Chapter III Method of Research (tergantung kenis risetnya) : "Finally, we go to the last chapter that is Method of Research..."
12. Mengingat waktu yang diberikan untuk presentase sangat terbatas, pada umumnya hanya Chapter I, II dan III saja yang disajikan,namun itu tergantung dari peraturan dan kebijakan fakultas masing-masing,
13. Mengakhiri presentase: "That's all the presentation of my thesis proposal. For your attention I would like to say thank you very much..."
14. Diakhiri dengan mengucapkan 'salam' (Assalamualaikum Wr Wb bagi Muslim).

Apa yang saya paparkan diatas merupakan satu contoh saja. Anda bisa meggunakan frase-frase yang lebih baik dan lebih tepat selain dari itu.
 
Untuk melatih dan memperdalam teknik presentase yang baik, berikut ini saya memberikan link download teknik presentase. Meski sebenarnya ditujukan untuk work presentase, tidak salahnya kita belajar dari buku ini.
- Bukunya dalam format PDF dapat didownload (8MB) DISINI
- Audionya (File 1) dalam format rar (21MB) dapat didownload  DISINI
- Audionya (File 2) dalam format rar (21MB) dapat didownload  DISINI

If you find the link error, you may contact me personally via email: mr.ari69@gmail.com
(Jika link ini tidak berlaku, silakan hubungi saya via email: mr.ari69@gmail.com)

Demikianlah pembahasan kita kali ini, semoga bermanfaat. Amin.

Selasa, 16 Juli 2013

Presenting Data Visually

Presenting Data Visually

      Written by Ari Julianto


Many skripsi or theses need to present substantial amounts of information, usually empirical data. Welldesigned visual presentations are powerful because they can present these data sets without overloading readers. Clear presentations will enrich your analysis. They will help you think about the data and explore its meanings.

There are four main types of visual presentations for data,

1. Maps for geographic and spatial information.
If your skripsi or thesis contains important geographical information, you should include maps tailored to your needs. Spatial dimensions are crucial to many topics: war, nationalism, immigration, urban studies, environmental changes, and more. If you are studying one of these topics, look for good maps to download or scan. When you find one during your research, make a special note of it so you can use it later (with proper citation, of course). In most cases, you don’t need to create your own maps from scratch. Existing maps are perfectly fine, although you may wish to add a few labels and arrows to highlight points of special interest.

2. Verbal tables and figures for arguments and concise analysis.
Verbal tables contain written information, such as lists of wars and dates, rather than numbers. They are valuable tools and, in my opinion,should be used more often in theses, articles, and books. Figures are rather like free-form tables and are equally useful. The figure with overlapping circles contrasts sharply with separate boxes for the traditional approach.If you borrow figures like these from another author, remember that you need to cite them, just as you do maps, paintings, photographs, architectural drawings, and any other visual materials. The rule is simple: If you use others’ work, give them credit. Figures are also useful for presenting causal analysis.

3. Pictures, posters, and drawings for illustration of important points.

A picture may be worth a thousand words, but it will be worth more if you use another ten words to introduce it.Unless you are studying art, cultural history, or consumer marketing, your thesis probably doesn’t need pictures. Never use them for decoration, and think twice before using them to illustrate. They may distract, not enhance. Follow the usual rule: Use nothing extraneous.

4. Charts and graphs for numerical data.
If your thesis includes substantial data, you’ll need to think about the best ways to present it—ways that are accurate, clear to your readers, and well integrated into your paper. For small data sets, say ten or twelve numbers, tables are usually the best solution. But for larger data sets, tables have serious drawbacks. It’s hard for readers to absorb a dense array of numbers, hard to discern the key features and major trends. You’ll do better using well-designed charts or graphs. Charts is the more general term, referring to any display of information, whether it’s a pie chart or an organizational chart. Graphs are simply charts that display quantitative information on axes, such as the x- and y-axes on graph paper.

To be remembered:
- The one that’s best for your presentation depends on the kind of analysis you are conducting.
- You need to cite the source, and you need to introduce these visual elements in the text, just as you would a long quotation.
- Whenever you use graphs, maps, tables, photographs, or any visual materials, cite the original sources, just as you do for other kinds of information.
- Give credit where credit is due, whether it’s for words, ideas, drawings, or other work.Giving that credit is simple: list the source immediately below the image. For example:
Source: Philip J. Haythornthwaite, The World War One Source Book (London: Arms and Armour Press, 1993).
- If you have modified an existing visual image, say that, too. For example:
Source: Philip J. Haythornthwaite, The World War One Source Book (London: Arms and Armour Press, 1993), 41, casualty figures added.

I hope today's posting will be useful for all of us. Amien.

RELATED POSTINGS


http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/06/data-nominal-ordinal-rasio-dan-interval.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/06/data-primer-dan-sekunder.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/06/data-kuantitatif-dan-kualitatif.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/01/apa-itu-data.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/07/data-collection-procedure-written-by.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2013/04/methods-of-data-analysis-in-qualitative.html
http://skripsi-fkip-inggris.blogspot.com/2012/10/metode-dan-pengumpulan-data.html

Senin, 15 Juli 2013

makalah MEDIA PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang


Didalam suatu proses belajar mengajar perlu adanya alat bantu agar dapat mempermudah kita paham dan mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan.  Oleh karena itu diperlukan media dan alat peraga sebagai sarana penunjang pembelajaran itu sendiri.  Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien . Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.  Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan.  Dalam pencapain tersebut, peranan alat Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa.  Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga.  Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa.  Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.












1.2              Rumusan Masalah

            Dimaksudkan makalah ini dapat dipahami dan dimengerti oleh semua orang dalam memahami hal-hal yang menyangkut tentang kependidikan,  khususnya media dan alat peraga sabagai sarana penunjang pendidikan.  Berikut ini adalah beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas dalam diskusi ini adalah  :
1.      Apa yang dimaksud media dan alat Peraga ?
2.      Apa fungsi dan tujuan alat peraga terhadap kegiatan belajar mengajar ?
3.      Mengapa media dan alat perga penting untuk kegiatan belajar mengajar ?
4.      Sebutkan jenis-jenis  media dan alat peraga ?




1.3              Tujuan Masalah


v     Mengetahui  peran media didalam kegiatan belajar mengajar
v    Memahami pentingnya alat peraga sebagai penunjang belajar mengajar
v    Mendapatkan pengetahuan seputar media dan alat peraga yang dijelaskan
v    Mengetahui beberapa jenis media dan alat peraga pembelajaran




1.4              Manfaat

            Kita mendapatkan pengetahuan mengenai media dan alat peraga pembelajaran dalam kegiatan belajar pembelajaran yang diuraikan  didalam makalah ini beserta contoh-contohnya. Dan hal demikian adalah suatu informasi yang sangat membantu kami untuk mengetahui lebih dalam tentang dunia pembelajaran di dalam ilmu pendidikan. Semog kita dapat mengambil manfaat dari makalah ini.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1       Pengertian media
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6) . Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002: 6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima  sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6).
Menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005: 8) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

Pengertian media sangatlah luas, demikian juga fungsi dan penerapannya. Jika kita kaitkandan diterpakan dengan pendidikan yang batasannya telah disebutkan diatas, maka media dapatdiartikan sebagai berikut.
Ø  Gagne (1970)menyebutkan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Ø  Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contohnya, buku,film, kaset, dan film bingkai .
Dengan memperhatikan pendapat Gagne dan Briggs tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa media merupakan alat dan bahan fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk menyajikan pesan kegiatan pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar) sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Akan tetapi, dalam peristilahan dan lingkungan istilah “media” terdapat beberapa istilah lain yang mengiringinya atau berhubungan yang dapat disimpulkan sebagai unsur-unsur dari media.
Media Pendidikan
ü  Orang
Istilah yang telah diketahui semua orang. Dalam pendidikan, mencakup guru, orangtua, tenaga ahli, dan sebagainya.
ü  Bahan (materials)
Istilah ini biasa disebut denagan istilah perangkat lunak atau
ü  software
yangterkandung pesan-pesan yang perlu disajikan baik dengan alat penyaji atau pun tidak. Seperti buku, modul, film bingkai, audio, dan sebagainya.
ü  Alat (device)
Istilah ini biasa disebut dengan perangkat keras
ü  hardware
yang digunkan untuk menyajikan pesan. Contohnya, proyektor film, film bingkai, video tape, pesawat radio, TV,dan sejenisnya.
ü  Teknik (technic)
Istilah ini ditunjukan pada prosedur rutin atau acauan yang disiapkan untuk menggunakan alat, bahan, orang, dan lingkungan dalm rangka menyajikan pesan tersebut.Contohnya, teknik demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya-jawab, dan sejenisnya.
ü  Lingkungan (setting)
Istilah ini menunjukan pada tempat yang memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar antara siswa dan guru. Contohnya, gedung sekolah, kelas, perpustakaan,laboratorium, dan sejenisnya .


Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur-unsur media pendidikan meliputi orang (unsur orang ) yang menggunakan dan menggerakan media dari suatu sumber (unsur bahan) yang akan disampaikan kepada penerima dengan menggunakan sebuah alat perantara (unsur alat ) yang akan menyampaikan pesan tersebut disertai suatu teknik atau strategi-strategi tertentu (unsur strategi) di suatu tempat tertentu yang selanjutnya disebut dengan unsur lingkungan. Oleh karena, seperti yang disebutkan sebelumnya, media merupakan sarana interaksi antar seorang pendidik dengan peserta didik, maka seorang guru atau pendidik hendaknya mengetahui seluk- beluk dan manfaat media agar dapat berlangsungnya komunikasi dan interaksi dalam proses kegiatan pembelajaran dengan efektif dan efesien.

Menurut Hamalik
(dalam Azhar Arsyad, 1996:2) menyatakan bahwa guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media yang meliputi
.1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
3. Seluk-beluk proses belajar
4. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan
5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
6. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
7. Beberapa jenis alat dan teknik media pendidikan
8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran
9. Usaha inovasi dalam media pendidikan wawasan pengetahuan dan konsep-konsep pembelajaran dalam segala macam hal dapat kita peroleh dari media massa.
 Seiring dengan banyaknya media yang bermunculan mulai dari radio,majalah, televisi, tabloid, tivi kabel,buku, spanduk, billboard, poster dll.Semuanya memberikan sebuah masukkan pengetahuan baru baik itu negative maupun positif. Namun tujuannya tetap sama yaitu sebagai media pembelajaran dan pendidikan yang cukup mudah untuk diakses. 


Unsur-unsur penting dari media adalah:
v  Orang
v  Bahan atau material
v  Alat
v  Teknik
v  LingkunganFungsi berbagai media diluar sekolah bagi para pelajar tentunya sebagai bahan  tambahan pengetahuanyang tidak mereka dapat di sekolah.
 Oleh sebab itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai media yang cukup, meliputi hal-hal di bawah ini:
1.Media merupakan alat komunikasi untuk mendapatkan proses belajar yang lebih efektif
2.Fungsi media untuk lebih mencapai tujuan dengan tepat
3.Seluk beluk proses pendidikan
4.Hubungan antara metode pembelajaran dan pendidikan
5.Nilai dan manfaat yang didapat dari pengajaran
6.Pemilihan dan penggunaan media yang sesuai
7.Inovasi dalam media pendidikan.
Yang harus dilakukan agar media bisa bekerja sesuai dengan fungsinya dan mengarah pada tujuan tepat yang telah ditetapkan, yaitu :
1.Proses pemilihan dan penyaringan media yang baik bagi para murid sekolah. Jangan sampai mereka menyerap semua pesan dari media yang ada karena tidak semua pesan itu positif bagi mereka
2.Proses pendekatan dan konsultasi agar murid mau bertanya dan tidak malu untuk meminta penjelasan pada gurunya
3.Kerjasama yang baik antara murid dan guru untuk melakukan seleksi media terpercaya
4.Pembahasan yang tepat terhadap isi pesan dalam media tertentu supaya semua murid tidak salah mengerti apa sebenarnya inti dan makna dibalik pesan tersebut.
5.Pengarahan pada orangtua di rumah mengenai pesan yang tertera di media supaya anak yang membacanya akan mengerti bahwa pesan itu sesuai untuknya atau tidak.
Semoga dengan adanya kerjasama dan sinkronisasi antara semua unsur media, akan terjalin sebuahkesepahaman dan pembelajaran yang mengarah pada tujuan baik.




2.2       Pengertian alat peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59 ).  Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki karakteristik tertentu. Ruseffendi (dalam darhim,19986:14 ) menyatakan bahwa alat peraga yang di gunakan harus memiliki sifat sebagai berikut :
*      Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat ).
*      Bentuk dan warnanya menarik.
*      Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit ).
*      Ukurannya sesuai (seimbang )dengan ukuran fisik anak.
*      Dapat mengajikan konsep matematika (tidak mempersulit pemahaman)
*      Sesuai dengan konsep pembelajaran.
*      Dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman )
*      Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir yang abstrak bagi siswa.
*      Bila kita mengharap siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok ) alat peraga itu supaya dapat di manipulasikan , yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya ) dan lain-lain.
*      Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak ).

Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat peraga tidak selamanya dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga justru bukannya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat siswa menjadi bingung.  Dalam memilih alat peraga secara tepat terdapat lima hal yang harus di perhatikan oleh guru yakni:tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit melihat dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpanya gambar tertentu dari luar negeri yang kurang cocok di Indonesia. Perasaan aneh atau lucu tidak menguntungkan dalam proses belajar mengajar ini. Karena itu guru sebaiknya memakai alat peraga yang tepat dan bermutu sebagai alat Bantu mengajar.

Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses belajar dengan efektif dan efisien, perlu ada yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction. Tujuannya dalam hal ini ialah mengusahakan agar terjadi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai. Agar alat dapat berfungsi dengan efektif dalam menunjang proses belajar perlu dikembangkan dengan memperhatikan tujuan instruksional yang akan dicapai. Kecuali itu, penggunaannya dalam program intruksional harus direncanakan secara sistematis seksama melalui serangkaian kegiatan yang disebut pengembangan instruksional. AECT, mendefinisikan teknologi sebagai suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang mengangkut semua aspek belajar manusia.

Tekologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan dan menilai, serta mengelola pemecahan terhadap masalah tersebut dalam situasi-situasi dimana proses belajar dilakukan secara sengaja, bertujuan dan terkontrol. Dari defenisi tersebut ciri-ciri teknologi pembelajaran, tampak bahwa dalam memecahkan masalah belajar yang bertujuan dan terkontrol, teknologi pembelajaran menggunakan komponen sistem pembelajaran.  Kegiatan insturksional yang direncanakan secara integral dan sistematis dalam suatu komponen pembelajaran merupakan ujud dari pemecahan masalah belajar menurut teknologi pembelajaran.  Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa alat adalah merupakan salah satu komponen dalam sumber belajar, sekaligus merupakan salah satu bentuk pemecahan belajar menurut teknologi penididkan, dengan melalui suatu perancangan yang sistematis. Hubungan antara alat dan teknologi pendidikan ini ditegaskan lagi oleh Yusuf hadi miarso, dkk bahwa membicarakan media tentu saja tak dapat terlepas dari membicarakan. 






2.3       Fungsi dan tujuan alat peraga

Adapun tujuan dari alat peraga untuk:

*      Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas.
*      Mengembangkan sikap yang dikehendaki.
*      Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.

Pemakaian alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu  dirangsang, digunakan dan libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah  mendengar melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar  Dengan demikian,  melalui mendengar  dan  melihat akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.
           
Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu :

o   Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik
o   Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya
o   Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah bosan
o   Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.





Kekurangan alat peraga yaitu :

Ø  Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru.
Ø  Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan
Ø  Perlu kesediaan berkorban secara materil



2.4       Pentingnya media dan alat peraga dalam pembelajaran

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Raharjo (1991) menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.” Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional.

Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian media dan alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain. Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.

Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk :
©       memotivasi belajar peserta didik
©       memperjelas informasi/pesan pengajaran
©       memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
©       memberi variasi pengajaran
©       memperjelas struktur pengajaran

Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.













2.5       Jenis-jenis media dan alat peraga
Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu:
a.    Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.
b.    Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas besar.
c.    Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek, beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.
d.    Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang menggunakan  boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta” bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah mengetahui jarak dari desa ke desa. (Pepak.sabda.org.and omtions.blogspot.com)









BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan

            Kita hendaknya dapat menyimpulkan bahwa peran guru sebagai mediator dan penyalur pengetahuan tidak terlepas dari beberapa faktor yang mendukungnya, diantaranya peran media dan alat peraga yang selama ini menjadi hal terpenting yang ada di dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar kita sebagai seorang guru yang memberikan pengajaran kepada siswa dan siswi kita dapat menyerap dan mengerti tentang apa saja materi yang telah kita sampaikan kepada mereka melalui alat bantu yang kita gunakan,yaitu media dan alat peraga yang digunakan sehingga mereka mengerti dan paham. Dalam hal ini lebih mempermudah mereka dari sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Singkatnya, keduanya memberikan kemudahan untuk para siswa dan siswi memahami dan mengetahui suatu materi ataupun teori yang dijelaskan.

3.2       Saran

            Diharapka agar generasi muda kita tetap meneruskan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya dalam mendidikan untuk hal dan tujuan yang bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara agar menjadi bangsa yang berkependidikan baik dan berakhlak mulia.










DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2004. Garis-Garis Besar Program Pengajaran dan Penilaian Pada
     Sistem Semester tentang Satuan Pendidikan SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen.

Hamalik, O. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Hudojo. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.

Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi. 1997. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Uniersitas Terbuka.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
     Press.

Sudjana, N. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:
     Lembaga Penelitian IKIP Bandung.